OLEH: Resti Wahyuni, S.Tr.Stat*

Sempat terpuruk akibat terkena dampak covid-19, perekonomian Indonesia pada akhirnya mengalami pemulihan setelah berbagai upaya ditetapkan melalui kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Pulihnya perekonomian ditandai dengan tumbuhnya ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2022 jika dibandingkan dengan triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,01 persen (BPS, 2022).

Di tengah upaya pemulihan ekonomi tersebut, dunia sejatinya masih dihadapkan pada tantangan bencana (catastrophic) yang sama, yaitu ancaman perubahan iklim (climate change). Laporan World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa perubahan iklim menimbulkan lebih dari 150.000 korban jiwa setiap tahunnya.

Perubahan iklim yang memunculkan kekhawatiran global telah berusaha dikurangi dengan berbagai cara. Salah satunya melalui penggalakan industri penghasil produk-produk ramah lingkungan. Proses itu juga dimulai dengan optimalisasi di hulu lewat kesadaran menggunakan pasokan energi terbarukan. Transisi dari black economy menjadi green economy sudah harus dilakukan.

Green economy sendiri oleh UNEP (United Nations Environment Programme) didefinisikan sebagai suatu sistem yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sementara secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis; rendah karbon, efisien sumber daya, dan inklusif secara sosial.

Bappenas telah meluncurkan “Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR)” yang memuat strategi sembilan sektor, yaitu kehutanan, energi, industri, transportasi, limbah, pertanian, kelautan dan perikanan, sumber daya air, dan kesehatan dalam menghadapi tantangan Perubahan iklim hingga tahun 2030 ke depan.

Industri pengolahan sebagai sektor penyumbang terbesar dalam perekonomian Indonesia yang menyumbang sebesar 19,19 persen pada triwulan I tahun 2022 merupakan fokus utama pemerintah dalam mewujudkan green economy melalui industri baterai lithium yang saat ini sedang dikembangkan di Indonesia.

Saat ini, industri baterai litium dikembangkan di Batang, Jawa Tengah; Karawang, Jawa Barat; Halmahera, Maluku Utara; dan Morowali, Sulawesi Tengah. Industri baterai di Indonesia digunakan sebagai pendukung pengembangan mobil listrik.

Baterai lithium ini merupakan produk paling hilir dari bijih nikel yang mana bahan baku tersebut sangat melimpah di Indonesia khususnya di wilayah Maluku Utara dan Sulawesi. Tujuan pemerintah dalam membentuk ekosistem rendah emisi akibat kendaraan bermotor dan ramah lingkungan akan segera terlaksana.