In Memoriam Habib Shaleh bin Muhammad Aljufri, Gemar Berbahasa Kaili Hingga jadi Pelatih Sepakbola

oleh -
Habib Shaleh bin Muhammad Aljufri

PALU – Habib Shaleh bin Muhammad Aldjufri dikenal paling sering berkomunikasi menggunakan bahasa daerah kaili dalam percakapan dengan kerabat atau kawannya ketika berjumpa.

Kebiasaan menggunakan bahasa ibu itu, terbawa hingga ke Mesir, saat study di Al-Azhar University.

Kisah ini diceritakan oleh kerabat dekatnya yang sama-sama kuliah di Al-Azhar, Dr Habib Hasan bin Idrus Alhabsyi. Mereka seumuran, meninggalkan tanah kaili menimba ilmu di negeri piramide.

“San.., hari ini torang dua baledo, jangan pake bahasa Indonesia, bahasa kaili kita,” kata Habib Hasan menirukan ucapan almarhum saat pelepasan jenazah di rumah duka, jalan Sungai Manonda, Tagari, Palu, Sabtu, (12/11).

Hari itu, cerita habib Hasan, mereka melakukan perjalanan ke Madinah dengan menumpang bus. Jadilah mereka berdua berceloteh sepanjang jalan dengan bahasa kaili dialeg ledo. Spontan, sopir bus langsung mematikan Air Conditioner (AC) mobil yang mereka tumpangi, gegara keduanya berbahasa kaili, sopir mengira keduanya meminta AC di offkan.

BACA JUGA :  Hadianto Janjikan 43 Perahu Besar Buat Nelayan

Penumpang bus yang sebagian besar mahasiswa asal Indonesia itu mulai gerah, salah seorang penumpang yang diketahui berasal dari Bandung meminta AC dinyalakan kembali dengan menggunakan bahasa Inggris, mendengar itu, habib Saleh menoleh ke habib Hasan.

“San, tugasmu itu, ulika sopir, pake bahasa inggris kase hidup ulang itu AC,” kata habib Hasan menirukan ucapan almarhum.

Setelah AC kembali dinyalakan, mereka berdua cekikikan mendengar penumpang mengucap syukur berkat dua pemuda asing itu, AC mobil kembali dinyalakan sopir. Rupanya, penumpang mobil mengira keduanya mahasiswa asing asal Italia.

BACA JUGA :  Sekab Sigi Rakor Penyelesaian Konflik Desa Rampadende dan Pesaku

Belum berhenti sampai disitu, almarhum kembali berbisik, “San, kita turun sebelum terminal, habib Hasan menimpali, nuapa fai patujumu hi,” peintamo, kata habib Saleh.

Singkatnya, mereka berdua pamit turun dengan menggunakan bahasa Indonesia, sambil melambaikan tangan.

Mahasiswa Indonesia yang ada didalam bus hanya terdiam melongo sambil geleng-geleng kepala. Keduannya pun berlalu sambil tertawa cekikikan.

Almarhum juga hoby sepakbola, kali ini ia tidak jadi pemain, melainkan pelatih. Klub sepakbola mahasiswa Indonesia, bernama Assyabaab, sangat disegani lawan.

BACA JUGA :  Forum CSR Diminta Kedepankan Transparansi

Sebagai pelatih, almarhun meminta anak asuhnya, termasuk habib Hasan, untuk bermain tenang dan jangan terpancing emosi. Eh..ternyata, pelatihnya yang dikartu merah wasit.

Reporter : Ridwan Laki