Dalam sebuah kesempatan dengan penulis, Allya semasa hidupnya sempat menceritakan berbagai lika-liku perjalanan hidup bersama Hasan Bahasyuan penuh romantisme, terutama menuju perkawinannya. Dua insan yang jatuh cinta itu nyaris tak kesampaian dalam perkawinan hanya karena beda marga.
Ayahanda Ellya bernama Ali Al Amri menginginkan anak gadisnya itu dikawinkan dengan marga yang sama Al Amri. Pilihan sang ayah adalah dengan pemuda bernama Muhammad Al Amri yang tinggal di Poso. Namun Umi Indo Suku (ibu Alya) yang moderat bersikeras mendukung pilihan putrinya.
Rupanya cobaan yang dihadapi kedua kekasih yang jatuh cinta di awal tahun 1963 itu belum berakhir. Secara diam-diam Aba Ali yang tinggal di Kota Donggala secara sepihak menyatakan mengawinkan seorang pemuda di Donggala dengan Allya di Parigi tanpa sepengetahuannya. Mendengar kabar itu, Allya yang masih remaja 17 tahun makin galau, termasuk Umi Indo yang membesarkannya.
Rencana perkawinan yang diangap kontroversial itu, menurut cerita Allya tak diterima pihak keluarga dari Indo Suku, sehingga sempat terjadi persitegangan menyusul kehadiran beberapa anggota polisi yang konon diutus dari Donggala dengan maksud membawa Allya ke Donggala.
“Untungnya saya waktu itu cepat lari dan bersembunyi di loteng rumah kerabat yang masih tetangga, yaitu Umi Rugaiyah yang juga ibu Umar Al Amri (Amri Palu). Polisi yang datang dengan mobil open cup sempat menggeledah rumah yang ditempati umi saya. Tapi untungnya umi saya memberi alasan yang tepat dan menyatakan tidak tahu entah kemana si Allya,” ungkap Allya mengenang masa lalunya itu.
Saking hebohnya peristiwa itu, menurut ceritanya, ‘sengketa’ soal siapa yang hendak jadi pilihannya dan apakah pemuda yang disetujui Aba Ali bakal jadi suaminya Allya, akhirnya berujung pada penyelesaian yang melibatkan pihak pemerintah setempat. Keputusan diserahkan pada Alya sendiri yang menentukan, ia pun menyatakan Hasan Bahasyuan sebagai pilihannya.
Pertunjukan Kesenian Bali
Dalam perkembangan lagu-lagu Kaili, Ellya sangat bersyukur kalau karya sang suami tetap dikenang masyarakat dan beberapa kali direkam kembali oleh beberapa produser lokal yang juga dibawakan penyanyi Palu. Apalagi dari hasil remake, ia sempat menerima kompensasi dari produser yang sangat menghargai peninggalan suaminya.
Di satu sisi ia mengakui kalau beberapa waktu lalu ada yang merekam karya-karya Hasan tanpa sepengetahuanya. Namun belakangan dengan adanya perhatian keluarga, setiap ada yang mau rekaman atau mereproduki karya almarhum, mereka akan mengontak keluarga melalui sang ahli waris. (JAMRIN ABUBAKAR)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.