PALU – Pemilu baru saja usai. Meski demikian, gejolak di tengah masyarakat masih saja terlihat, khusunya dari kubu-kubu yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Berbagai isu sengaja dihembuskan dengan maksud memanaskan suasana dan sengaja untuk memecah belah persatuan bangsa.
Pascapemilu, berbagai gesekan sosial akan dengan mudah muncul dan menimbulkan persoalan yang dapat mencederai semangat persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga perlu upaya dan juga semangat menjaga nilai-nilai persatuan dan kesatuan bersama sebagai sebuah bangsa dan negara.
Untuk itu, yang paling penting dilakukan saat ini adalah kembali merawat persatuan dan kesatuan sebagai upaya menjaga keutuhan bangsa.
Para tokoh, baik di pemerintahan, politik, maupun agama, diharapkan menjadi yang terdepan mengingatkan, memberi kesejukan, dan mengajak untuk merekatkan persaudaraan. Bukan malah tampil sebagai provokator yang memperlebar perpecahan.
Hal inilah yang diharapkan oleh Ketua Bidang Organisasi, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Provinsi Sulteng, Lukman Hakim.
“Pemilu adalah proses pemilihan pemimpin untuk lima tahun ke depan, sehingga jangan sampai merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Menjaga persatuan dan kesatuan adalah sebuah prinsip sekaligus kewajiban yang harus dimiliki oleh semua warga negara,” jelas Lukman, belum lama ini.
Menurutnya, persoalan terpilih atau tidak dalam sebuah kompetisi demokrasi adalah hal biasa. Semua pihak mulai dari aktor politik hingga simpatisan tidak boleh terprovokasi dengan informasi yang belum tentu kebenarannya. Akan tetapi menjaga suasana yang kondusif serta persatuan dan kesatuan bangsa adalah hal yang utama.
“Mari tunjukkan kepada dunia internasional bahwa rakyat Indonesa telah menjalankan proses demokrasi dengan matang dan bijak,” ujarnya.
Menurutnya, saat inilah masanya saling bersatu kembali, saling damai kembali antar semua kubu. Sebab, kata dia, siapapun yang terpilih, maka dialah yang memimpin seluruh Indonesia lima tahun ke depan.
“Pasangan yang terpilih bukan hanya memimpin satu kubu atau golongan tertentu saja, tetapi memimpin kita semua, seluruh rakyat Indonesia. Makanya tidak tepat kalau kita harus saling bermusuhan karena kita sama-sama dalam satu negara, Indonesia,” ujarnya.
Dia menambahkan, jika memang ada hal yang dianggap kurang selama penyelenggaraan Pemilu, maka negara sudah menyiapkan ruang untuk memprosesnya.
“Silahkan kalau menilai ada kecurangan agar mengajukan ke Mahkamah Konstitusi atau ruang hukum yang lain. Tidak perlu lagi kita saling menyalahkan, saling menghujat satu sama lain. Apalagi kita sedang dalam suasana Ramadhan, alangkah baiknya kita memperbanyak ibadah dan berdoa agar negeri yang kita cintai ini tetap dilindungi-NYA dari segala bahaya dan bencana,” imbuhnya. (RIFAY)