PARIMO – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, langsung berimbas pada saran produksi pertanian yang ikut mengalami lonjakan harga.
“Sebelum naiknya harga BBM, sarana produksi seperti pupuk, bibit, obat-obatan pertanian di pengecer harganya pun tinggi, mengakibatkan petani menderita akibat dampak tersebut,” ungkap Sekretaris Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Parimo, Suardi, yang juga Anggota DPRD, ditemui , Senin (05/09).
Menurut dia, kebijakan menaikkan harga BBM meroketnya barang-barang dan membuat kesengsaraan pada petani. Partai Demokrat secara tegas menolak kebijakan tersebut, karena tidak memikirkan kondisi petani kian hari memburuk.
Kenaikan BBM kata dia, tidak mempengaruhi Harga Pokok Penjualan (HPP) terhadap gabah dan beras, yang sudah delapan tahun tidak ada kenaikan harga dari pemerintah. Harga saat ini, masih bertahan dikisaran Rp.7.500 hingga Rp 10 Ribu perkilogram.
“Sementara Pemerintah pusat terus menggenjot impor beras dari luar, tanpa memikirkan hasil produksi petani dalam negeri khususnya di Kabupaten Parimo,” tegasnya.
Ia berharap, pemerintah daerah agar segera mengambil langkah kongkrit, menyelamatkan para petani dari keterpurukan dihadapi saat ini, dengan memberikan bantuan sarana produksi petani serta membuka pasar baik dalam dan luar daerah dengan harga yang layak.
Dengan begitu, baik pengeluaran dan pemasukan petani dalam memproduksi gabah dan beras akan seimbang, meskipun harga pupuk dan obat-obatan naik.
“Semoga hal ini menjadi perhatian serius pemerintah dan tidak menutup mata dengan kondisi para petani sekarang,” pungkasnya.
Reporter : Mawan
Editor : Yamin