Al-‘Ilm shifatul ‘alim. Sepenggal kalimat yang bermakna bahwa Ilmu adalah merupakan sifat dari orang yang berilmu itu sendiri. Ilmu bukan berada dalam sutur tapi dia mestinya ada dalam shudur.
Oleh karena itulah sebabnya, warisan ilmu hanya diberikan kepada ulama saja dan bukan umara? Sebab dalam diri ulama, ada sifat orang yang berilmu itu sendiri.
Ilmu bukan urusan jumlah hapalan, apalagi hanya urusan tumpukan buku. Ilmu adalah masalah sikap diri dalam kehidupan.
Orang berilmu adalah orang yang tahu cara terbaik memperlakukan orang lain berdasar pertimbangan kemaslahatan yang sangat kuat.
Dalam kitab Siyar A’lamin Nubalaa jilid 3 halaman 222 dikisahkan: “Seseorang pernah menulis surat kepada Abdullah Ibnu ‘Umar bin Khatthab RA: “Tuliskan kepadaku ilmu, semuanya.
Maka Ibnu ‘Umar membalas menjawabnya: “Sesungguhnya ilmu itu banyak, akan tetapi jika Anda mampu untuk berjumpa dengan Allah dalam keadaan ringan (beban) di pundak dari darah-darah manusia, perut kosong dari harta-harta mereka, menahan lisan dari kehormatan-kehormatan mereka, berpegang teguh dengan urusan jamaah mereka; maka lakukanlah! “
Diminta menuliskan semua ilmu, Ibnu Umar malah menyingkap 4 hal penting, yang mana itu tabir dari ilmu: tunaikan tanggung jawab kepada manusia, jangan memakan harta orang lain, jaga kehormatan orang lain dengan tidak sebar aib kesana kemari, dan memperhatikan urusan orang banyak.
Betapa banyak yang kita lihat akhir-akhir ini, orang cerdik pandai, tapi mengabaikan tanggung jawab, korupsi, sering membuka aib orang lain dan mempermalukannya, serta tidak memperdulikan orang-orang banyak atau hanya mementingkan dirinya pribadi.
Tentulah ini, menjadi kecacatan bagi mereka untuk disebut berilmu. Maka dari itu, dalam Islam ada garis tegas antara ulama dan umara.
Bahkan sekalipun umara punya ilmu agama, atau seorang ulama yang didaulat menjadi umara, maka mereka rentan dengan 4 hal tadi.
Akhirnya, kesan bahwa dia adalah seorang ulama pun tanggal hanya karena ada satu dari bagian itu berlaku pada dirinya.
Ilmu adalah permulaan dari kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian, Ilmu menjadi amalan yang utama (afdhalul amal) dan tujuannya supaya dekat (Qorb) dengan Allah rabbul’alamin, sang pemilik Ilmu dan alam semesta. Subhanallah. Wallahu a’lam
NURDIANSYAH (PEMIMPIN REDAKSI MEDIA ALKHAIRAAT)