PALU – Setelah warga Hunian Tetap (Huntap) Balaroa, dan Huntap Tondo, ribuan warga eks penyintas bencana alam 28 September 2018 berikrar akan memenangkan pasangan Calon Gubernur H Rusdy Mastura dan Cawagub Mayjen (Purn) Sulaiman Agusto Hambuako.
Ikrar dibacakan Yahdi Basma, Ketua Relawan Bantaya diikuti massa yang hadir di lapangan Taman Petobo, Senin malam (21/10). Walaupun diiringi gerimis dan sesekali hujan kursi yang disediakan panitia 2.000 an terlihat sangat penuh dan berdesakan .
Cudy, sapaan petahana dan mantan wali kota Palu dua periode disambut rebana saat menginjakkan kaki di lokasi. Didampingi Ketua Koalisi Muharram Nurdin dan Bupati Sigi Irwan Lapatta, yang kabarnya cuti kampanye untuk Sangganipa serta Ketua Buruh Lucky serta pimpinan partai politik lainnya.
Ketika memberikan sambutan dan ikrar kesetian Sangganipa, Yahdi menyebut bahwa Gubernur Rusdy Mastura membangun legacy (warisan) tidak hanya yang telah dirasakan warga penyintas yang empat tahun pasca bencana alam masih di tenda dan Huntara. Tapi, Cudy, membangun legacy dalam hati. Tak akan terlupakan di sanubari warga Huntap.
Rusdy Mastura tak hanya membebaskan lahan untuk dibangun Huntap Budha Suci, tapi juga lahan Petobo dan Pombewe serta untuk Huntap di Donggala. Gubernur juga berani demi rakyatnya menghadap Presiden Joko Widodo meminta perpanjangan Keprres Percepatan Penanganan Pasca Bencana Pasigala.
‘’Saya saksi karena masih di dewan,’’ kata Yahdi.
Bukan hanya lahan tapi juga percepatan alas hak atas tanah Huntap ke warga. ‘’Sekarang kita sudah rasakan hunian dengan fasilitas publik luas dan ruang publik yang representatif. Apakah ini semua akan kita tukar dengan uang dan Sembako?,’’ tanyanya disambut teriakan “tidak!”
Muharram menceritakan, usai dilantik Cudy dan Ma’mun Amir berani mengambil risiko tidak populer dan membahayakan. Yaitu, menarik dana penyertaan modal ke Bank Sulteng sebesar Rp60 miliar lebih untuk percepatan penanganan pasca bencana.
‘’Padahal tahun 2022 kalau tidak mencukupi modal Bank Sulteng maka statusnya akan berubah menjadi BPR. Tapi apa yang dilakukan gubernur saat itu? Sebuah komitmen akan janjinya selalu memikirkan orang susah. Orang miskin. Ia mengambil kebijakan tidak populis dan penuh risiko,’’ terang Muharram yang menjadi saksi karena dirinya Wakil Ketua DPRD kala itu.
Irwan Lapatta pun menimpali testimoni Yahdi dan Muharram. Sebagai bupati dirinya selalu koodinasi dengan gubernur. Dan setiap saat Rusdy Mastura menanyakan apakah masih ada korban bencana di Huntara.
‘’Beliau sangat dekat dengan penderitaan rakyat. Bukan pencitraan model sebelah sana. Tidak pernah kak Cudy memberi atau sedekah disebut-sebut. Coba lihat saja gaya beliau sangat merakyat,’’ timpalnya.
Menutup kampanye dialogis semalam, suami Vera Rompas menitip pesan agar menjaga martabat, etika, budaya dan kehormatan leluhur. Yang utama tidak menukar harga diri dengan materialistik. Politik kalau sudah diutamakan uang, sembako dibungkus tebus murah, atau apapun namanya pasti penyesalan akibatnya.
‘’Kita lahir miskin bukan salah kita. Tapi kalau kita mati miskin itu baru salah kita. Maka harus menjaga harga diri. Rubah mental dan bekerja keras. Kita punya Allah. Apapun yang kita lakukan kiri kanan tanah masih luas. Kita sambut Sulteng Emas bersama-sama. Datangi saya kapan pun, ingatkan saya nanti janji janji malam ini. Demi Allah ingatkan saya,’’ ujar Cudy dengan bibir bergetar.
Ia mengajak, kita harus menjadi bangsa yang besar, kuat dan tidak dihinakan dengan politik uang.
Reporter: ***/Irma