PALU – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM) Sulawesi Tengah (Sulteng) berbagi kebahagiaan dengan menyantuni anak yatim di tiga panti asuhan di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Jumat (07/05).
Saat membagikan santunan, Ketua DPW IKM Sulteng, Prof Ramadanil Pitopang didampingi Wakil Ketua 1, Ir Jasril; Wakil Ketua 2 Ridwan Ashari; Bendahara Nasrudin; Bidang Ekonomi dan Rumah Makan, Novri; Seksi Dakwah, Suhendi; dan Humas DPW IKM Sulteng, Wahyu.
Ketua DPW IKM Sulteng, Prof Ramadanil Pitopang, menuturkan, bhakti sosial tersebut merupakan agenda rutin DPW IKM Sulteng setiap tahun. Biasanya, kata dia, DPW IKM Sulteng menggelar acara buka puasa bersama tiap bulan Ramadan. Namun tahun ini, agenda tersebut tidak bisa dilakukan karena pemerintah melarang kegiatan yang mengundang kerumunan akibat wabah Covid-19.
“Maka kita isi dengan kegiatan sosial lain yakni berbagi kebahagiaan dengan anak yatim,” terang Guru Besar di Universitas Tadulako tersebut.
Dia mengatakan, tiga panti asuhan yang disambangi DPW IKM Sulteng adalah Panti Asuhan Nurul Ihsan di Jalan Merpati, Panti Asuhan Al Hidayah di Jalan Maleo dan Panti Asuhan Al Hijrah Kabupaten Sigi.
“Pada kegiatan ini, kami membagikan kebutuhan hari-hari seperti beras, telur, minyak goreng, gula dan minuman. Bantuan ini merupakan sumbangan warga IKM Sulteng yang memiliki kelebihan rezeki,” jelas Ramadanil.
Menurutnya, DPW IKM Sulteng adalah organisasi sosial yang telah berdiri sejak tahun 1968. Organisasi ini didirikan berdasarkan pepatah kaba baiak baimbauan, kaba buruak bahambauan (Kabar baik dikabarkan secara terbuka, kabar buruk dikabarkan oleh inisiatif yang tidak terlihat dan bergegas).
“Maknanya, kalau ada yang bersuka cita, kita bersama-sama membantu, begitu pula ada warga yang berduka, sama-sama juga kita bantu. Misalnya ada warga yang berbahagia seperti pesta pernikahan, kita akan beramai-ramai membantu. Begitu juga kalau ada warga yang berduka seperti orang meninggal atau sakit, kami sama-sama membantu menggalang dana untuk meringankan penderitaan keluarga kita,” urainya.
Selain itu, lanjut Prof Ramadanil Pitopang, IKM adalah organisasi yang besar di Indonesia bahkan di dunia yang berjaringan, tidak bersifat lokal. Sehingga apabila ada permasalahan yang mendera orang Minangkabau di perantauan, organisasi ini langsung mengambil peran.
“Waktu gempa di Sulbar, kita bantu galang dana, begitupula dengan bencana banjir di NTT. Kita bantu melalui DPW IKM NTT,” terangnya.
Ramadanil berharap, 600 kepala keluarga Minangkabau di Sulteng ini tetap bersatu dengan memegang prinsip saciok bak ayam, sedanciang bak basi (seciap bagaikan ayam, sedencing bagaikan besi) yang berarti harus seiya sekata, satu pendapat atau tetap kompak.
“Bila kita bersatu, kita bisa berbagi dengan sesama, sehingga akan timbul silaturahmi dan kekeluargaan yang kuat. Sebagai organisasi kesukuan sejak provinsi ini berdiri, keluarga Minang ini telah berbaur dengan suku-suku lain di Sulteng dengan prinsip di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Dengan prinsip ini, kita bisa sama-sama membangun provinsi ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Pengurus Panti Asuhan Al Hijrah Kabupaten Sigi, Rafiq mengaku bersyukur dengan uluran tangan DPW IKM Sulteng.
Kata dia, bantuan tersebut bisa membantu eksistensi panti asuhan dalam membina puluhan santri yang merupakan anak yatim, yatim piatu dan kaum dhuafa. *