SIGI – Kabupaten Sigi sudah ditetapkan menjadi daerah penyangga kebutuhan pangan, serta zat karbon yang tidak hanya bagi Sulawesi Tengah, tetapi dunia. Hingga saat ini, luas hutan Kabupaten Sigi yang mencapai 74 ribu hektar lebih, diklaim telah meghasilkan dan menjaga zat karbon.
”Akan tetapi, kompensasi dari zat karbon tersebut belum bisa dinikmati masyarakat Sigi. Sementara yang berada di pinggiran maupun yang masuk dalam hutan lindung tidak bisa berbuat banyak,” terang Wakil Bupati Sigi, Paulina saat menjadi narasumber pada festival praktik cerdas adaptasi problem iklim untuk mewujudkan generasi sehat tangguh, yang dilaksanakan Wahana Visi Indonesia (WVI) bekerjasama degan Pemerintah Provinsi Sulteng, Rabu (17/05).
Namun kata dia, dengan adanya program reforma agraria yang sinkron dengan Pemkab Sigi, maka pemerintah pusat berencana akan membeskan lahan untuk dijadikan hutan adat yang dapat dikelola oleh masyarakat.
Selain itu, sambung dia, Pemkab Sigi dengan salah satu misinya, yakni “Sigi Hijau” akan menjadikan sejumlah kecamatan menjadi penyangga. Selain melakukan aksi penghijauan, juga mendorong masyarakat untuk menanam tanaman produktif.
“Salah satu yang akan kita canangkan adalah dorong Kecamatan Marawola sebagai Kampung Kelor. Belum lama ini, Bupati Sigi telah berjunjung ke Swedia untuk menjalin kerjasama dalam hal pengolahan sampah dengan Kota Boras. Tentunya ini menjadi salah satu langkah awal mewujudkan sampah terpadu di Desa Ngatabaru,” kata Paulina yang didampingi Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Afit Lamakarate.
Sementara Irene Marbun, Direktur Operasional WVI, mengatakan, Festival Praktik Cerdas Pembangunan Sulteng ini, merupakan wujud percepatan pencapaian strategi pembangunan yang ditetapkan Provinsi Sulteng 2016-2021, khususnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan daya saing daerah, juga peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta kontribusi pada indikator Tujuan Pengembangan Berkelanjutan (SDGs).
Praktik-praktik cerdas yang dipamerkan lima klaster program yaitu pendidikan, kesehatan, climate change adaptation, pengembangan ekonomi, dan perlindungan anak. Penyelenggara telah menseleksi praktik-praktik cerdas tersebut berdasarkan enam kriteria yaitu, inofatif, partisipatif, berlanjut, angkutabel,relevan dan dampak nyata.
“Penghargaan yang di terima baru-baru ini dari Bappenas saat Musrembang Nasional, baik bagi Kabupaten Sigi maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam perencanaan pembangunan, menunjukkan komitmen kita untuk terus mendorong inovasi pembangunan yang direncanakan secara baik dan terukur, untuk mewujudkan visi Sulawesi Tengah yang mandiri maju dan berdaya saing,” kata Irene. (HADY)