Humas Pemkot: Tidak Ada Perayaan Palu Nomoni

oleh -
Kabag Humas Kota Palu, Yohan Wahyudi

PALU – Pengguna media sosial (medsos) di Kota Palu, dibuat resah dengan beredarnya rekaman video seorang wanita yang menginformasikan bahwa akan diadakan kembali Festival Palu Nomoni di kompleks Perumahan Citraland, Jàlan R.E Martadinata, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Jumat (28/12) mendatang.

Sekadar info guys bahwa tanggal 28 Desember ini akan diadakan palu nomoni kedua.

Untuk membuktikan bahwa bencana terjadi tanggal 28 September itu, bukan disebabkan Palu Nomoni.

Kalau teman-teman supaya lebih percaya periksa saja dikoran-koran, sudah diterbitkan beritanya, waspadai  guys kita tidak pernah tahu kapan ada itu bencana kembali, kita tidak tahu penyebabnya.

Karena sesuai fakta orang-orang Mamboro sudah mulai pulang, karena mereka takut adanya gempa yang kuat,” demikian isi unggahan tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Kabag Humas Kota Palu, Yohan Wahyudi, Selasa (18/12), mengatakan, sampai detik ini dan beberapa tahun ke depan, Pemerintah Kota (Pemkot) Palu akan focus memperhatikan kebutuhan hidup bagi para pengungsi yang menjadi korban bencan alam, 28 September lalu.

Selain itu, lanjut dia, Pemkot juga akan focus membangun dan menstabilkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, serta membenahi infrastruktur dalam wilayah Kota palu yang terdampak bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi.

“Jadi tidak pada hal-hal lainnya,” tegasnya.

Menurutnya, unggahan di media social tersebut adalah sebuah isu kejam yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab, dengan maksud dan kepentingan tertentu yang berujung pada upaya menghasut serta meresahkan masyarakat.

Dia mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Palu untuk tidak mudah terpancing dan percaya dengan maraknya postingan di media sosial tentang adanya kegiatan Palu Nomoni tersebut.

Ritual dalam rangkaian kegiatan Festival Palu Nomoni yang digelar 28 September lalu, ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana alam yang melanda Kota Palu dan sekitarnya.

Banyak anggapan beragam di masyarakat. Ada yang menganggapnya sebagai ritual berbau syirik yang mengundang bencana, namun ada pula yang menganggap bahwa bencana alam yang terjadi hanyalah bagian dari fenomena alam biasa. (IKRAM)