Hulman, Manfaatkan Batang Kayu yang Hanyut menjadi Sampan

oleh -
Perahu sampan yang sedang dibuat Hulman. (FOTO: media.alkhairaat.id/Jamrin AB)

DONGGALA – Pemerintah Kolonial Belanda telah mencatat keberadaan pembuat sampan di Kabupaten Donggala, sejak ratusan tahun silam. Perahu kecil yang biasa digunakan oleh nelayan itu dibuat dengan cara melubangi batang pohon besar.

Hingga saat ini, cara tradisional dan manual ini masih ditemui di Donggala, tepatnya di Desa Limboro, Kecamatan Banawa Tengah.

Di beberapa wilayah di kawasan Pantai Barat Donggala hingga Tolitoli, pembuatan sampan sudah menggunakan papan-papan kayu yang disusun dengan memakai pasak atau paku.

Hulman

“Cara dengan melubangi batang kayu ini sudah lama saya lakukan maupun orang lainnya di kampung ini. Tergantung ketersediaan bahan baku. Biasa juga pakai papan,” jelas Hulman (60 tahun) seorang pembuat sampan.

Ayah tujuh anak ini mengatakan, keterampilan membuat sampan dari batang pohon besar itu dilakukan sejak masih muda. Namun jika ada yang memesan dan menyediakan bahan dari papan tebal, ia pun bisa membuatkan.

Yang menarik selama ini, Hulman membuat sampan dengan memanfaatkan batang kayu besar yang hanyut atau terdampar di laut di desanya.

Ketika media ini bertandang ke Pantai Limboro, Hulam sedang menyelesainan pekerjaan membuat sebuah sampah berukuran sekitar enam meter. Sedangkan dua lainnya sudah rampung dengan ukuran yang berbeda-beda.

“Jadi besar kecilnya sampan yang saya buat ini disesuaikan dengan batang kayu yang ada. Karena itu semua sampan yang saya buat itu dari batang kayu yang kebetulan terdampar di pantai,” ungkap Hulman.

Menurutnya, saat ini sudah sangat sulit mendapatkan batang kayu bulat, karena tempatnya sudah cukup jauh di hutan. Apalagi dilarang melakukan penebangan, sehingga ketika ada batang pohon yang hanyut, baginya itu merupakan berkah.

Bagi Hulman, membuat sampan bukan saja karena ada pesanan atau tidak. Pokoknya asal ada bahan baku, maka tidak disia-siakan.

Harga satu unit sampan dijual Rp1 juta. Kalaupun di bawah Rp1 juta, tentunya dengan ukuran yang lebih kecil.

“Tapi kalau tidak laku atau tidak ada pembeli, maka saya pakai sendiri. Sebab pekerjaan sehari-hari juga adalah nelayan,” pungkas Hulman.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay