Hindari Ujub

oleh -
Ilustrasi. (Youtube: Uly Amrina)

Suatu kali Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menasihati panglima Khalid bin Walid justru telah menang perang gilang gemilang di Irak, “Semoga Allah mengaruniakan kepadamu kelurusan niat dan kedudukan yang tinggi. Sempurnakanlah amalmu, maka Allah akan menyempurnakanmu. Janganlah kamu terkena penyakit ujub, karena hal itu akan membuatmu merugi dan terhina. Jauhilah olehmu sifat unjuk dan pamer atas suatu perbuatan, karena sesungguhnya hanya Allah-lah sang Pemberi anugerah dan kemuliaan, Dialah yang maha Pembalas”.

Apa penyakit ujub itu? Simaklah perkataan Siti Aisyah, isteri Rasulullah SAW. Siti Aisyah  pernah ditanya, “Kapan seseorang dikatakan tidak baik?” Ia menjawab,”Ketika ia meng anggap dirinya paling baik.” (Kitab al-Taisir bi al-Syarh al-Jaami al- Shagir, II: 312).

Jawaban Siti Aisyah sangat singkat tetapi memiliki makna yang mendalam. Apa yang dikatakannya dalam ilmu akhlak biasa disebut dengan ujub, satu dari sekian jenis akhlak buruk. Ujub berarti terpesona atau kagum terhadap kebaikan atau kehebatan diri sendiri. Nabi SAW telah mengingatkan bahayanya.

Siapa pun yang terjangkit akhlak buruk ini dapat dipastikan sedang berada di tepi jurang kecelakaan. Hal tersebut ditegaskan dalam hadis, “Ada tiga hal yang dapat mendatangkan kecelakaan: pertama, kikir yang ditaati; kedua, nafsu yang diperturutkan; dan ketiga, kekaguman seseorang terhadap (kebaikan) dirinya.” (HR Tabrani).

BACA JUGA :  Panggilan Shalat

Jika dicermati secara saksama, ujub bersumber dari dua hal, yakni kebaikan dunia dan kebaikan agama (akhirat). Kebaikan dunia salah satunya berupa kekuatan, baik kekuatan fisik, jumlah pengikut, maupun kepandaian. Sedangkan, kebaikan agama bisa berupa keimanan dan ibadah.

Bahaya ujub karena merasa kuat pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, yaitu pada Perang Hunain. Pada perang ini, Nabi SAW membawa pasukan yang sangat besar. Jumlahnya sekitar 12 ribu orang. Merasa jumlah pasukan besar, se bagian sahabat sudah merasa menang. Akibatnya, mereka lalai dari incaran siasat musuh.

Ketika sampai di lembah Hunain, pasukan Islam diserang mu suh dari segala penjuru. Pasukan Islam pun sempat kocar-kacir. Setelah intro speksi dan konsolidasi serta atas per tolongan Allah, akhirnya peperangan dimenangi kaum Muslimin. Peristiwa ini diabadikan dalam Alquran surah at- Taubah (9): 25.

Sedangkan, ujub yang disebabkan agama tecermin pada keyakinan dan perilaku.

BACA JUGA :  Rekor Beli Ayam KFC Terbanyak, KNRP Minta 'Sangganipa' Peka pada Palestina

Orang ujub merasa paling benar dan suci karena sudah melaksanakan agama sesuai dengan tuntutan. Merasa surga sudah ada di genggamannya sehingga melihat orang lain yang berbeda dianggapnya sesat dan divonis sebagai ahli neraka.

Orang ujub juga merasa paling pintar dalam hal agama sehingga tidak memberi ruang orang lain untuk bicara agama. Ia sering menilai orang dari sisi siapa yang bicara, bukan dari apa yang dibicarakannya. Ujub model pertama se ring menjangkiti sebagian kecil orang yang tinggi ghirah keagamaannya tetapi miskin ilmu. Sedangkan, model kedua sering menjangkiti seba gian kecil orang-orang pandai tetapi miskin akhlak.

BACA JUGA :  Tiga Musuh Allah

Ketika sudah merasa paling suci atau pandai, ia akan abai terhadap dosa. Dan jika akhlak buruk ini sudah menjadi bagian hidupnya, jurang kehancuran telah menanti di hadapan mata. “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS an-Najm [53]:32).

Semoga  pelajaran ini dapat kita resapi sehingga kita menjadi muslim yang penuh keoptimisan dalam beramal. Tak ragu sedikitpun. Berani berjuang. Karena Allah maha Melihat apa-apa yang kita kerjakan. Dan Allah juga Sang Maha Pembalas terhadap amal-amal yang perbuat di dunia ini.

Dan semoga Allah mengaruniakan kita kelurusan niat dan kedudukan tinggi. Seperti doanya Khalifah Abu Bakar kepada Khalid bin Walid. Insya Allah. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)