DONGGALA – Warganet diharapkan cerdas dalam menanggapi konten di internet dan tidak hanya melihat sisi negatifnya. Warganet juga diminta tidak memanfaatkan dunia digital dengan membuat konten-konten negative, sebab akan menjadi jejak digital yang diumpamakannya seperti bom waktu.
“Bom ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang menargetkan pemilik jejak digital dan bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi jika pemiliknya mempunyai jejak yang buruk,” tutur Monica Jauwry, seorang mahasiswa sekaligus konten creator saat membawakan materi “Jarimu Harimaumu” pada rangkaian program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, di Donggala, Sulawesi Tengah, 4 Oktober 2021.
Kegiatan yang berlangsung secara virtual itu mengusung tema utama “Pilah Pilih Sebelum Sebar”.
Selain Monica, terdapat tiga narasumber yang mengisi sesi webinar siang ini, yakni Usman selaku pegiat literasi pendidikan keluarga, Yenti Dwi Rositasari selaku guru sosiologi, serta Musyafir selaku pegiat literasi teknologi. Jalannya kegiatan yang diikuti 630 peserta dari berbagai kalangan umur dan profesi itu dipandu oleh moderator Fadel Karnen.
Usman yang memaparkan tema “Pentingnya Memiliki Keterampilan Digital di Masa Pandemi COVID-19”. Usman memberikan sejumlah tips mempelajari keterampilan digital, yaitu terus belajar, ikut kursus daring, dan jangan malu bertanya.
“Keterampilan digital akan sangat bermanfaat, terlebih ketika kita menggunakan aplikasi pendukung pembelajaran, digital marketing, serta membuat konten kreatif,” katanya.
Yenti Dwi Rositasari sebagai pemateri ketiga mengusung tema “Memahami Multikulturalisme dalam Ruang Digital”. Yenti menuturkan bahwa media sosial memiliki peran yang sangat penting sebagai agen pemersatu bangsa dalam perbedaan sosial sekaligus sarana mengeluarkan pendapat dengan beretika dan penuh tanggung jawab.
Sebelum menutup sesinya, ia memberikan sejumlah konsekuensi masyarakat multikultural dalam media sosial, beberapa di antaranya adalah masalah etnisitas, primordialisme, dan etnosentrisme.
Pemateri terakhir pada sesi hari ini adalah Musyafir yang membawakan tema “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Musyafir membuka materi dengan tips menghapus jejak digital. Salah satunya adalah mengatur akun Google untuk meningkatkan privasi dan mengurangi pengumpulan data dengan cara pemeriksaaan privasi, keamanan, dan mengaktifkan layanan
‘delete me’.
Ia juga menjelaskan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dunia maya, misalnya mengeluh tentang masalah personal di dunia maya.
Selanjutnya, moderator membuka sesi tanya jawab yang disambut meriah oleh para peserta.
Selain bisa bertanya langsung kepada para narasumber, peserta juga berkesempatan memperoleh uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Salah seorang peserta, bertanya mengenai bagaimana cara pengawasan terhadap konten negatif yang beredar di sosial media.
Menurut Usman, sebagai masyarakat harus dapat mengawasi konten negatif tersebut kemudian melaporkannya dengan menggunakan fitur yang tersedia pada aplikasi.
“Tujuannya agar konten negatif tersebut tidak berkembang luas di masyarakat,” tutupnya.
Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan
secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan
informatif yang disampaikan narasumber terpercaya.
Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media
@Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi. ***