Hilangnya Rasa Malu

oleh -
Ilustrasi. (Youtube/Yufid. TV)

Di antara sebab utama terjadinya problem bahkan konflik di muka bumi ini adalah karena tidak adanya rasa malu. Nihilnya rasa malu, menjadikan manusia lebih buas dari buaya, lebih ganas dari singa dan lebih jahat dari binatang buas lainnya.

Manusia akan tetap dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara. Karena rasa malu itulah yang menyebabkan seseorang menjauhi maksiat, selalu dalam ketaatan dan kebaikan. Dan jika rasa malu ini telah hilang dari seseorang, maka hilanglah berbagai kebaikan dari dirinya

Seperti halnya seseorang keluar rumah dengan pakaian sobek, karena tidak tahu, akan merasa biasa-biasa saja sekalipun banyak orang yang memandangnya sinis. Tapi manakala ia tahu, muncul rasa malu.

Tapi bagaimana seseorang yang berilmu (tahu) tapi masih tetap melakukan perbuatan yang memalukan (munkar)? Manusia seperti ini jelas manusia yang tak tahu malu. Maka tak cukup hanya sekedar tahu atau berilmu, untuk malu seseorang mesti memiliki ilmu.

Dengan iman ini rasa malu akan terpelihara. Tanpa iman maka tak ada rasa malu. Pantas jika Rasulullah saw bersabda bahwa rasa malu sebagian dari iman.

BACA JUGA :  Dugaan Korupsi Dana Hibah Pilgub, Sekretaris Bawaslu Sulteng Diperiksa Senin Depan

Rasa malu ibarat rem yang akan mengerem kita dari perbuatan munkar. Semakin besar rasa malu, maka rem itu semakin pakem sehingga seseorang akan terhindar dari perilaku yang bertabrakan dengan norma.

Malu ini adalah satu bentuk akhlak yang paling penting dari setiap Muslim. Akhlak yang sangat berpengaruh pada individu, keluarga, dan masyarakat. Namun sayang, akhlak ini seakan-akan sudah asing dalam kehidupan.

Bisa dibayangkan jika rasa malu itu hilang, maka segala perilakunya tidak akan terkontrol. Mempertontonkan aurat dianggap trend bahkan menjadi tontonan sehari-hari keluarga kita.

Begitu hebatnya bencana yang muncul akibat hilangnya rasa malu hingga Rasulullah saw pun menyindir, “Jika rasa malu hilang, maka lakukanlah apa saja oleh kalian sesuka nafsu kalian.” Hal ini mengandung pengertian, jika menimbang mana halal dan mana haram atau hak dan batal suatu perbuatan.

BACA JUGA :  Usai Diperiksa Pejabat PPK Pingsan, Direktur PT SBA Ditahan

Kalau ini telah demikian adanya, apa bedanya dengan binatang, mereka hidup hanya bermodalkan hawa nafsu tanpa berlandaskan akal sehat. Bahkan manusia akan lebih rakus dan kejam dari binatang. Hilangnya rasa malu adalah awal suatu bencana.

“Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seseorang, dicabutnya dari orang itu sifat malu. Bila sifat malu telah dicabut darinya, engkau akan mendapatinya dibenci orang, malah dianjurkan supaya orang benci padanya, kemudian bila ia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah dicabut, kamu dapati ia menjadi seorang pengkhianat. Jika telah menjadi pengkhianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika telah menjadi orang terkutuk, maka lepaslah tali islam darinya.” (HR. Ibnu Majah).

BACA JUGA :  Jalan Menuju Kebaikan

Dari hadits tersebut dapat diketahui, sumber malapetaka yang menimpa setiap orang adalah hilangnya rasa malu. Orang yang tidak mempunyai rasa malu biasanya mudah sekali melakukan hal-hal bersifat negatif menurut kacamata agama.

Munculnya korupsi, perselingkuhan, perzinaan, pencurian, pelecehan seksual, dan perbuatan jahat lainnya yang terjadi di republik ini diakibatkan hilangnya rasa malu.

Perlu kita ketahui, derajat malu yang paling tinggi adalah malu kepada Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah dapat dipastikan dalam dirinya masih memilki rasa malu, terutama kepada Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah, “Malu dan iman adalah satu pasang, jika salah satunya hilang maka yang lain juga hilang.” (HR Al-Hakim).  Nah,sekarang bagaimana dengan kita masing-masing, masihkah ada rasa malu dalam diri kita?. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)