Islam, Al-Quran dan orang-orang sholeh adalah rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya akan hilang sebagai tanda semakin mendekatnya hari kiamat. Kehidupan manusia pun kelak benar-benar bebas.
Kita biasa mendengar para orang tua yang tinggal di kampung kerap berujar sewaktu ada orang sholeh yang meninggal dunia.
Katagori orang sholeh dalam pandangan mereka adalah ulama besar yang ahli dalam segala bidang ilmu agama dan memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat.
Tanda-tanda akhir zaman sudah mulai bermunculan satu per satu, begitu kata mereka. Bila disimak sepintas, ada benarnya ucapan mereka.
Rasulullah SAW menyatakan, salah satu tanda-tanda kiamat ialah Allah SWT mengangkat ke langit segala ilmu dengan matinya ulama yang sholeh.
Sosok ulama bukanlah semata-mata ahli ilmu. Di samping menguasai ilmu-ilmu yang membawa manusia ke arah takwa, mereka juga konsisten (istiqomah) mengamalkan ilmunya. Sehingga terbina generasi yang mampu bersikap takwa pada masa mendatang.
Dalam keterangan lain yang ditulis Ibnu Katsir lewat kitab An-Nihayah, Rasulullah menjelaskan kepada umatnya bagaimana orang-orang sholeh bisa hilang di akhir zaman.
Imam Bukhari meriwayatkannya dengan sanad dari Mardas Al-Islami bahwa Rasulullah bersabda; “Orang-orang sholeh akan hilang satu per satu, sehingga tinggallah orang-orang sampah seperti gandum dan kurma serta Allah SWT sama sekali tidak mempedulikan keberadaan mereka.” Maksudnya yang tersisa hanyalah manusia yang tidak berguna.
Bila ulama yang bertakwa wafat, berarti terangkat ilmu disebabkan Allah SWT tidak mendatangkan penggantinya. Demikian pula dengan terangkatnya ayat-ayat Al-Quran ke langit. Allah SWT akan mengangkat ayat serta surat Al-Quran bukan saja dengan hilangnya ayat-ayat itu dari mushaf. Namun dengan segala ayat-ayat yang terekam di dalam hati manusia juga akan hilang.
Apabila mereka yang hafidz (hafal) Al-Quran sudah lupa dengan segala surat-surat yang dihafalnya, berarti Allah SWT telah mengangkat Al-Quran dari dada manusia.
Dalam catatan sejarah, Islam hadir secara perlahan. Setelah Islam tersebar ke berbagai penjuru, pada akhir zaman Islam kembali redup. Pada saat yang bersamaan, kejahatan merajalela, Al-Quran hilang, ilmu (agama) lenyap, dan Allah SWT mencabut nyawa orang-orang yang dalam jiwanya masih ada iman. Pun orang yang setia pada sunah nabi akan surut jumlahnya. Sementara orang yang melanggarnya secara terbuka bertambah banyak, ada dimana-mana.
Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda; “Sebelum kiamat tiba, akan muncul tahun-tahun penuh penipuan. Ketika itu orang yang jujur akan dicap pendusta, sedangkan seorang pendusta justu akan dipercaya dan orang-orang bodoh akan angkat bicara.” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah).
Dalam bahasa sederhana, ketika ilmu agama diangkat ke langit dan hilang untuk selamanya, manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka yang akan menghadapi persoalan dan menjawabnya tanpa dasar pengetahuan agama.
Berkurangnya keberadaan orang-orang shaleh di tengah kehidupan masyarakat, bertambah sedikit jumlah orang yang mempelajari kitab Al-Quran dan terus menurunnya penyebaran Islam menjadi pertanda akan segera berakhirnya umur dunia.
Keadaan selanjutnya digambarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Jami’ Al-Ushul dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda; “Allah mengirimkan angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang di hatinya terdapat iman walau sebesar atom.”
Sementara dalam kitab Shahih Muslim -Bab Fitnah, sub bab Penyebutan Dajjal- yang disampaikan An-Nawwas bin Sam’an, saat mereka dalam keadaan demikian, Allah SWT mengirimkan angin yang sejuk. Angin itu melewati bagian bawah ketiak mereka, mencabut nyawa setiap mukmin dan muslim. Sehingga tinggallah orang-orang jahat yang bersuka ria seperti keledai. Pada merekalah kiamat terjadi.
Adapun yang dimaksud dengan bersuka ria seperti keledai adalah seorang lelaki bersenggama dengan perempuan di hadapan orang lain (terbuka), sementara mereka tidak merasa jengah akan hal itu. Keadaan ini sesungguhnya menggambarkan tidak adanya tata kaidah yang mengatur perangai masyarakat.
Pola hidup manusia layaknya binatang yang mengutamakan nafsu liar daripada akal sehatnya. Nilai agama, moral dan etika kehidupan sudah tidak diindahkan lagi. Nauzubillah. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)