Hikmah dari Sebuah Kesalahan

oleh -
Alwi Muhsin Aldjufri

Saya tidak akan bercerita panjang tentang Kampung Arab dan Kampung Cina di Manado. Juga bukan bercerita tentang kerukunan umat beragama di sana. Karena hampir semua orang Indonesia tahu bahwa kehidupan beragama di Manado sangatlah damai.

Saya hanya akan bercerita sedikit tentang beberapa kesalahan tingkah laku umat Islam di Kampung saya, tetapi tidak menimbulkan kegaduhan, justru hikmahnya adalah timbul rasa damai dan sejuk, karena disikapi secara positif oleh semua pihak.

Selama tinggal di Manado saya tidak pernah dengar protes suara azan dari orang Kampung Cina. Bahkan kalau Bulan Ramadhan ada tradisi di Kampung Arab, acara “kase bangung saor” (membangunkan orang sahur) dengan bernyanyi diiringi musik seadanya dan tentunya mengeluarkan suara lebih dari 100 db, oleh sekelompok anak muda sambil keliling Kampung Arab.

Biasanya malam sahur terakhir keliling sampai ke sebagian Kampung Cina, padahal tidak ada orang Kampung Cina yang bangun dan makan sahur. Ada juga non Muslim dan orang Keturunan Cina yang tinggal di dalam Kampung Arab.

BACA JUGA :  Fakultas Ekonomi Unisa Gelar Masa Orientasi dan Pengabdian Masyarakat di Pantai Taipa

Teringat dengan sebuah keluarga non Muslim yang tinggal di dalam Kampung Arab, pimpinan Keluarganya biasa kita Panggil “Om Kori’”.

Setiap Bulan Ramadhan rumah keluarga Om Kori selalu dijahili oleh anak-anak muda Kampung Arab saat keliling kampung kase bangun saor dengan mengetuk pintu rumah Om Kori, sambil berteriak “Om Kori, bangun.. bangun sahuuur, sahur. Om Kori hanya berteriak dari dalam rumahnya; sudah, sudah kita so saor.

Kadang kalau Om Kori sudah dengar suara musik dan pekikan suara saor, saor, Om Kori langsung keluar dari rumahnya sambil angkat tangan dan berkata, kita so bangung saor ini, nyak usah ngoni toki kita pe rumah ne! (Saya sudah bangun sahur, jangan ketuk lagi rumahku ya) dengan tertawa, diikuti dengan suara tertawa anak-anak muda itu juga.

Begitulah keadaan kalau sebuah kesalahan yang masih bisa ditolerir dan disikapi secara positif oleh semua pihak, mala akan tercipta suasana rukun dan damai.

BACA JUGA :  Ketua Komda Ajak Seluruh Abnaul di Touna Berpartisipasi di Milad ke-94 Alkhairaat

Bukan hanya keluarga Om Kori yang tinggal di Kampung Arab, tetapi ada beberapa keluarga non muslim lainnya, bahkan keluarga non muslim keturunan Cina juga ada seperti yang saya ingat keluarga Amoy yang suaminya pernah jadi pala’ (ketua RT) di Kampung Arab.

Amoy dan keluarganya merasa aman dan terlindungi hidup dengan umat Islam di Kampung Arab Manado. Apabila setiap malam menjelang idul fitri, Amoy dan keluarga ikut mengeluarkan zakat yg disalurkan oleh Panitia Zakat Remaja Masjid Masyhur Istiqlal Manado (RMMIM). Sambil mengantarkan 2 karung beras ke Panitia dan kalau di tanya; “ini apa Moy? Amoy akan jawab zakat no!.

BACA JUGA :  Alkhairaat Hadir di Papua, Solusi Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat Keerom

Tiba saat hari kedua hari raya idul fitri ada tradisi iwad atau tawaf keliling rumah-rumah di Kampung Arab, sambil membaca doa-doa tertentu sekaligus bersalam-salaman dan saling memaafkan.

Keluarga Om Kori serta Amoy, juga beberapa keluarga non Muslim lainnya di Kampung Arab ikut menyiapkan kue lebaran dan disajikan di halaman rumah mereka kepada peserta iwad.

Saat itulah prosesi saling memaafkan dilakukan.