PALU- Kisruh terjadi antara masyarakat Poboya dan PT. Citra Palu Mineral belum menemui penyelesaian terkait permasalahan tambang emas di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
Sehingga permasalahan itu coba dimediasi kembali perwakilan perusahaan PT. CPM sekaligus perwakilan masyarakat Poboya Hidayat Lamakarate dengan melakukan diskusi bersama tokoh lembaga adat, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) , perempuan masyarakat se-kelurahan Poboya, bertempat di Masjid Al- Makmur, Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Jumat (4/11).
Dalam diskusi itu mengemuka beberapa hal. Seperti disampaikan Ketua LPM Poboya, Herman Repadjori. Menurutnya masyarakat tidak mau bila material yang diambil, ditaruh pada satu tempat untuk diolah masyarakat. Sebab hal tersebut bisa memicu konflik di kalangan masyarakat itu sendiri, karena masing-masing ingin mengambil material bernilai ekonomi.
Olehnya mereka lebih memilih agar masyarakat diberikan ruang untuk memilih lokasi ditambang dan mengolahnya sendiri.
“Kalaupun hasilnya tidak sesuai harapan, itu sudah jadi pilihan masyarakat memilih lokasi tambang dikelolanya,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut usai pertemuan Hidayat Lamakarate mengatakan, dirinya diminta oleh perusahaan untuk memediasi antara masyarakat dan perusahaan.
“Perusahaan meminta saya membantu memediasi persoalan secara resmi dan saya jelaskan dalam pertemuan bersama masyarakat bahwa saya tidak menjadi bagian perusahaan,” ucapnya.
Tetapi kemudian kata dia, dirinya menjadi bagian masyarakat nantinya akan berbicara dengan perusahaan, sekaligus mewakili perusahaan dan masyarakat.
“Artinya mereka (masyarakat) menerima saya sebab berada di posisi tersebut,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, ketika dirinya mendapat surat tugas itu dan akan dilanjutkan berkomunikasi dengan perusahaan untuk menyampaikan beberapa poin tawaran masyarakat. Dan itu menurutnya masih bisa didiskusikan.
“Kalaupun perusahaan bisa mengakomodir, selesai masalah itu,” katanya.
Ia menambahkan, masyarakat menginginkan perusahaan tidak menumpuk material pada satu tempat. Risikonya adalah, terjadi konflik di masyarakat itu sendiri.
“Sebab masing-masing mempertahankan dan merebut dengan caranya karena sudah disediakan,” imbuhnya.
Masyarakat menginginkan naik pada titik material dan mengambil sendiri, sekuat dan seperti apa cara mereka mengambil material.
“Inilah coba saya komunikasikan dengan perusahaan langsung dan begitu ada jawaban langsung disampaikan kepada masyarakat” tuturnya.
Olehnya, dia berharap agar masyarakat Poboya rasional melihat persoalan, ada hal-hal tidak bisa dipaksakan, sebab melanggar aturan dan ketentuan sebagainya.
“Tetapi kita coba dengan perusahaan mencari solusi terbaik. Kalau masing-masing bertahan tiada gunanya. Siapapun mediasi tidak akan selesai. Kita tinggal lihat mana ruang-ruang masih bisa dibijaksanai . Penting semua bisa berjalan,” mengakhiri. (IKRAM)