Pria yang berasal dari Sulawesi Barat (Sulbar) ini bernama Haris. Oleh orang-orang di sekitarnya, ia akrab dipanggil Ario.
Di usianya yang telah menginjak 48 tahun ini, ia masih bergelut dengan pekerjaan rutin menjajakan dagangannya menggunakan gerobak. Ia menjual barang kebutuhan rumah tangga di Pasar Inpres Manoda, Palu Barat.
Meskipun hanya memiliki latar belakang pendidikan SD, Haris telah membuktikan kegigihannya dalam berdaganga. Semua jenis dagangan pernah ia jual. Mulai sayur hingga ikan di pasar lokal di Sulbar dan di Pasar Inpres Palu Barat.
Menghadapi tantangan yang tak jarang datang, seperti libur panjang yang mengakibatkan kekurangan stok dan tekanan finansial, Haris tetap tegar. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk menjaga kelangsungan hidup keluarganya.
Lima anaknya, dengan berbagai tingkat pendidikan, menjadi pendorong semangatnya.
Pergeseran strategi dalam berdagang telah membawa Haris menuju bisnis barang campuran, seperti peniti, ikat rambut, jarum pentul, gunting, kapas, gunting kuku dan permen tikus.
Pascabentrok beberapa waktu lalu, kini Pasar Inpres tempatnya bertaruh hidup, akhirnya dibuka kembali, Rabu (23/08). Ini menjadi harapan baru bagi Haris.
Di tengah keterbatasan pendidikan dan modal, ia masih menaruh impian yang amat mulia, naik haji bersama istrinya. Meskipun jika melihat kondisi finansialnya yang seadanya,, cita-citanya itu tetap hidup dan melekat kuat dalam hatinya.
Haris menganggapnya sebagai impian yang tersembunyi, yang jarang ia ceritakan kepada keluarganya karena keterbatasan ekonomi untuk mencapainya.
“Saya itu kadang malu bilang pingin naik haji tetapi namanya cita-cita semua orang bisa bercita-cita tinggi. Kalau nanti ada rejeki pasti bisa naik haji,” ungkapnya ketika ditemui awak media ini, kemarin.
Dalam perjalanan hidupnya sebagai pedagang, Haris berharap bisa menjadi sosok yang sukses dan dapat memberikan nafkah yang baik bagi keluarganya.
Haris telah membuktikan bahwa semangat dan tekad adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan menjalani hidup dengan penuh arti.
Gerobak menjadi saksi perjuangan besar hidupnya dalam mencari nafkah menghidupi keluarganya, dan tentunya demi tercapainya cita-cita mulia, ke Baitullah bersama istri.
Penulis : Irma
Editor : Rifay