PARIMO – Harga beras di wilayah Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), mengalami kenaikan Rp 12.000 hingga Rp 13.000 perkilogram.
Sejumlah tempat produksi beras dibeberapa desa di Kecamatan Torue, harga beras 50 kilogram mencapai Rp 610.000 hingga Rp 585.000.
Hal ini mendapat keluhan dari masyarakat, yang menilai harga tersbut cukup tinggi dibandingkan pasca panen yang berada di kisaran harga Rp. 550.00 perkilogram.
“Masa panen di wilayah ini masuk pada bulan Januari 2025 mendatang, karena tanaman padi sudah mulai menguning, ketika sudah panen barulah harga beras mengalami penurunan,” ungkap Ridwan saat ditemui, Senin (30/12)
Hal ini juga perlu menjadi perhatian pemerintah, terkait para tengkulak beras yang menjual beras diluar daerah, seperti Gorontalo dan Manado yang dengan leluasa mengirim beras ke wilayah tersebut.
Harusnya pemerintah dapat memberikan solusi agar sebagian beras yang ada di tempat produksi atau gilingan untuk kebutuhan masyrakat di wilayah tersebut dengan harga eceran tertinggi (HET) pemerintah.
“Jangan karena harga beras di dua wilayah itu mengalami kenaikan, berimbas pula penjualan di wilayah ini, karena saat ini kan masa panen belum masuk,” keluhnya.
Warga lainnya, Yamin mengaku, pasar murah yang dilakukan oleh pemerintah dinilai belum menyentuh kepada seluruh masyarakat, diakui langkah tersebut memang untuk menekan kenaikan harga sembako, tetapi hal itu tidak dapat berdampak apa-apa.
“Memang pasar murah tersebut merupakan solusi kongkrit pemerintah, tapi bahan-bahan yang dijual cukup terbatas, bahkan untuk beras saja sebagaian masyrakat tidak kebagian, untuk itu perlu adanya solusi yang harus diberikan oleh pemerintah,” pungkasnya.
Reporter: Mawan
Editor : Yamin