Harakah Lintas Generasi Alkhairaat di Bumi Maluku Utara

oleh -

OLEH : Alwi Sagaf Alhadar*

Kiprah Alkhairaat (aneka kebaikan) di Jaziratul Muluk kian hari kian mencerahkan. Ini ditandai dengan semakin berkembangnya sebaran “aneka kebaikan” di berbagai wilayah ini. Tanpa terasa lembaga pendidikan yang didirikan oleh AlHabib Idrus bin Salim Aljufri telah hadir di tengah masyarakat Maluku Utara lebih dari setengah abad.

Jelang bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah bertepatan dengan 13-15 Maret 2023, Alkhairaat di wilayah Timur Indonesia gelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) terpusat di Masjid Raya Shafful Khairaat, Kota Sofifi, ibu kota Provinsi Maluku Utara. Rakorwil ini melibatkan empat provinsi. Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara sebagai tuan rumah.

Yang menarik, tema besar dari kegiatan ini adalah “Alkhairaat Menulis Sejarah, Menuai Berkah.” Ini menggambarkan bahwa “aneka kebaikan” yang berujung pada keberkahan ini bukan datang dengan sendirinya. Tentu telah melalui suatu perjalanan panjang melewati perjuangan ikhlas tanpa pamrih (Harakah) oleh berbagai tokoh pelaku sejarah Alkhairaat -wabil khusus di Bumi Maluku Utara- sejak enam dekade silam hingga kini.

Harakah juga sering disebut gerakan dengan penuh semangat menuju keberkahan. Sesuatu yang berkah berarti mengandung kebaikan, bermanfaat, dan rasa cukup. Bahkan nilai kualitas maknanya melebihi dari nilai kuantitasnya.

Menurut Prof. Quraish Shihab, berkah merupakan penambahan yang tak terukur oleh indera manusiawi. Berkah itu seringkali datang dari arah tak terduga. Tak dapat dibatasi, bahkan diukur.

Prof Quraish menambahkan, hal ini juga memiliki korelasi dengan penyebutan sumur dalam bahasa Arab yang disebut birkah. Sumur merupakan sumber air yang airnya terus mengalir dari berbagai arah, dan bermanfaat bagi sekalian mahluk hidup.

Keberkahan tidak datang tiba-tiba. Keberkahan akan diraih manusia manakala senantiasa ia berikhtiar, usaha, dan bekerja. Nah, ikhtiar sambil berdoa kemudian akan memunculkan keberkahan.

***

Sejarah kealkhairatan di Maluku Utara memiliki catatan panjang. Alkisah sebelum AlHabib Idrus bin Salim Aljufri yang akrab disapa Guru Tua mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat di Palu 30 Juni 1930, beliau telah menginjakkan kakinya di Ternate dengan maksud mendirikan pendidikan agama Islam. Ternyata dakwah Islam telah dikembangkan oleh Kesultanan Ternate. Beliau pun alihkan langkah ke Manado. Namun hal yang sama telah ada di sana. Akhirnya, beliau merubah haluan menuju Palu, setelah mampir di Donggala beberapa bulan.

Tahun 1963 Guru Tua kembali berkunjung ke Ternate, Bacan, Jailolo, Tobelo, Morotai, Weda, Patani, Gane, hingga Makean. Setahun setelah kunjungan itu, Alkhairaat resmi didirikan di Ternate pada 21 September 1964. Kemudian menyebar ke berbagai pelosok Maluku Utara.

Pendirian sekolah ini didukung oleh berbagai tokoh yang tersebar dari Kampung Makassar, Falajawa, dan Kampung Tengah (Kel. Gamalama), Kota Ternate.

Untuk memenuhi tenaga pengajar, akhir 1964 dikirimlah 41 orang pemuda Ternate ke Palu untuk menimba ilmu di sana, dipimpin oleh KH M. Said Abdullah (Alm). Mereka naik KM Tombong menuju Bitung lalu dilanjutkan dengan KM Aru Mariner menuju Donggala/Palu.

Tak lama berselang, beberapa guru dari Palu kemudian disebarkan ke berbagai pelosok Maluku Utara. Antara lain Ustad Musa Lasawedi (Ternate) Ustad Abbas(Moti), Ustad Said Beddu(Makean), Ustad Ahmad Bakhtiar(Bacan), serta Ustad Syamsuddin(Kayoa) dan lainnya. Mereka mengajar kemudian menikah dengan wanita lokal, hingga wafat di “tanah pengabdian” Maluku Utara.

Menyusul kemudian Ustad Prof Dr. Ahmad Bachmid (Alm) asal Manado dan ditempatkan di Ternate. Sebelum wafat tahun 2022, beliau mengabdi di UIN Ciputat Jakarta sebagai Guru Besar Sastra Arab. Sedangkan Ustad Prof Dr. M. Nur Sulaiman (Alm) cukup lama mengabdi di Ternate. Beliau kemudian kembali ke Palu, lalu diangkat menjadi Rektor IAIN Palu setelah itu menjadi Kakanwil Kemenag Sulawesi Tengah.

***

Generasi 70an yang juga alumni Alkhairaat Palu dan mengabdikan diri mereka untuk eksistensi Alkhairaat, antara lain ada Ustad Salim Albaar (Alm), Ustad Yahya Misbah, Ustad Abdul Gani Kasuba. Keduanya sempat menimba ilmu di Madinah, KSA. Terakhir Ustad Yahya pernah menjabat Dekan IAIN Ternate, sedangkan Ustad Gani kini menjabat Gubernur Maluku Utara selama dua periode, setelah sebelumnya menjabat anggota DPR-RI serta Wakil Gubernur Maluku Utara.

Satu lagi rekan Ustad Gani dan Ustad Yahya, yaitu Ustad Ikram Ibrahim mangabdikan diri nun jauh di selatan. Tepatnya mendirikan Alkhairaat di Kota Ambon. Alumni Alkhairaat Palu ini juga sempat kuliah di luar negeri.

Lulusan Universitas Madinah dan Jerman ini mendirikan Alkhairaat Ambon pada akhir 80an, memanfaatkan ruang Pos Yandu di Air Salobar, Kota Ambon menjadi ruang belajar para siswanya. Berselang dua tahun, bersama Alwi bin Salim Alhadar (Alm) -Kadis PU pertama Provinsi Maluku Utara- mereka berdua berhasil mendirikan Pesantren Modern Alkhairaat di Wayame (Kota Jawa). Kini menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Ambon.

***

Di era millenium bermunculan tokoh-tokoh muda yang tak kalah semangatnya (fighting spirit) dibanding pendahulunya. Sebut saja, Syamsir Andili (Alm), Wali Kota Ternate dua periode. Mantan siswa Ibtidaiyah Alkhairaat Kalumpang ini suatu ketika pernah berkata pada saya. Ia merasa tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan ayahnya (mantan Lurah Kalumpang) dalam pengabdian untuk Alkhairaat. Padahal ia berperan besar merevitalisasi infrastruktur Alkhairaat di Kota Ternate.

Ibarat kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohon. Itulah Iqbal Assagaf, pemilik Selecta Minimarket Ternate. Saat awal Alkhairaat didirikan, ayahnya terlibat langsung dalam misi pengabdian bagi ummat. Kini Iqbal total membangun masjid megah serta gedung bertingkat untuk ruang belajar di Kalumpang dan Sasa. Menurut Iqbal, masjid adalah “jantung” dari sebuah pondok pesantren. Selain Iqbal, ada Hi. Ikram Ammari di Ternate Selatan serta Hi. Abdul Hafid bin Ustman di Ternate Utara.

Di Pulau Halmahera bertebaran semangat muda untuk terus menyebarluaskan misi “aneka kebaikan.” Kalau mau disebut di sini. Di ujung utara ada Ustad Ikhwan Buaja dan koleganya, binaan Muhammad Albaar dan Hamdi BSA. Mereka mengabdi secara total tanpa pamrih. Mengajar sambil membangun di tengah berbagai keterbatasan. Untuk itu pantas bagi mereka kita acungkan kedua jempol tangan tinggi-tinggi.

Di ujung selatan ada Ustad Arifin (Alm) beserta para pendukungnya. Juga Ustad Najib. Dengan penuh semangat dan mengharapkan ridha Allah SWT, mereka bergerak mandiri hingga berhasil mengirim murid-muridnya menimba ilmu di Pulau Jawa, Sulawesi, hingga Kalimantan, sekadar untuk mencetak tenaga pendidik baru.

Begitu pula para pejuang “aneka kebaikan” di Halmahera Barat, Timur, Tengah, Tidore, Morotai, Sanana, hingga Taliabu, yang tak dapat saya sebutkan nama mereka satu per satu di sini. Pastinya mereka adalah penganut faham “sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.”

Ternate, 13 Maret 2023

*Penulis adalah Komwil Alkhairaat Malut