Hanya di Sulteng, Kementerian PUPR Buat Program Khusus ISL

oleh -
Dari kiri: Kepala BP2P Sulawesi II, Bakhtiar, Senior Komunikasi PMC-CSRRP Tasrif Siara, Kepala BPPW Sulteng Sahabuddin dan Kasubdit Wilayah III Direktorat PKP Ditjen Cipta Karya, Herman Tobo, pada kegiatan media gathering, di Palu, Kamis (30/11). (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

PALU – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) tengah membangun Infrastruktur Skala Lingkungan (ISL) di 27 lokasi yang ada di Sulteng.

Program ini berupa pembangunan prasarana untuk warga yang bermukim di sekitar hunian tetap (huntap) korban bencana alam yang dibangun Kementerian PUPR.

“Program ISL ini untuk menyahuti keluhan warga yang tinggal di sekitar huntap. Warga protes mereka ingin juga dibangunkan prasarana sebagaimana yang dibangun di dalam area huntap. Jadi atas kebijakan pimpinan, dibangunkanlah prasarana untuk warga di sekitar huntap tersebut. Saat ini ada di 27 lokasi,” kata Kepala BPPW Sulteng, Sahabuddin, saat menjadi narasumber media gathering, di Palu, Kamis (30/11).

ISL bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan aksesibilitas, keberlanjutan, dan keamanan infrastruktur di kawasan permukiman yang terdampak bencana.

Ia mengatakan, program ISL ini khusus dibuat hanya untuk Sulawesi Tengah. Mirip dengan Program Kotaku yang ada di seluruh Indonesia ada.

“Tapi ISL ini hanya khusus dibuat di Sulteng. Bagaimana cintanya pemerintah sama orang Palu, sehingga dibuatkan program khusus,” katanya.

BACA JUGA :  Kampanye Dialogis, Jurkam Yakinkan Masyarakat Siniu untuk Memilih Pasangan BERAMAL

Selain itu, kata dia, pihaknya juga sudah mengantisipasi keluhan-keluhan dari masyarakat yang ada di area huntap.

Contohnya, kata dia, pengadaan air minum di Huntap Pombewe. Dari 20 liter per detik air yang disuplai, juga mengalir di tiga desa di sekitarnya. Begitu pula di Poboyo, terdapat 2 x 30 liter per detik yang juga dialiri ke dua kelurahan yang ada di sekitarnya.

“Di samping huntap Tondo 1, Tondo II dan Talise, kemudian Kampus Tadulako juga kita salurkan air dan saat ini untuk pengembangan di sekitar Polda juga akan kita bangunkan di sana,” tambahnya.

Pada sektor air minum ini, lanjut dia, pihaknya juga sedikit mengalami kendala, khususnya yang bersumber dari Poboya.

“Kami menggunakan skenario kedua, yaitu minta tolong kami minta ke PDAM untuk kita debit di ipal mereka. Kebetulan di Poboya itu ada dua jaringan PDAM, yang pertama itu 20 liter per detik untuk masyarakat sekitar sampai di Talise,” katanya.

BACA JUGA :  "Rumah Botol", Upaya PT IMIP Perangi Sampah di Bahodopi

Kemudian, kata dia, ada 10 liter per detik yang rusak. Itulah yang diperbaiki, untuk menyuplai air ke Talise.

“Sekitar 3 minggu yang lalu Alhamdulillah, sudah bisa mengalir,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Sahabuddin juga menyampaikan beberapa cakupan Program Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP), antara lain Sektor PKP (Pengembangan Kawasan Permukiman) 7 sebanyak 7 paket kegiatan, sektor air minum 7 paket kegiatan, dan sektor sanitasi 2 paket kegiatan.

Selanjutnya, sektor BPB (Sektor Bina Penataan Bangunan) 10 paket kegiatan dan sektor PS (Prasarana Strategis) 4 paket kegiatan. Total kegiatan CSRRP sebanyak 30 paket kegiatan.

Kegiatan CSRRP sendiri bersumber dari pinjaman luar negeri sebesar 150.000.000 Dolar Amerika atau setara Rp2.233.877.159.037,00 dengan realisasi kumulatif 90.279.155 Dolar Amerika atau setara Rp1.365.067.610.811,00.

Sejauh ini realisasi kegiatan infrastruktur CSRRP yang telah selesai, antara lain rehabilitation rumah sakit Torabelo, rehabilitasi gedung Kantor Kejati, rehabilitasi Puskesmas Tipo, rehabilitasi rumah sakit Undata fase II-A dan rehabilitasi rumah sakit Anutapura.

BACA JUGA :  Dugaan Korupsi Dana Hibah Pilgub, Sekretaris Bawaslu Sulteng Diperiksa Senin Depan

Di tempat yang sama, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi II, Bakhtiar, mengatakan, huntap yang dibangun saat ini dibuat dengan sistem Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha).

“Berdasarkan hasil uji lab yang dirintis dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR, bahwasanya Risha itu bisa bertahan di zona VI,” ujarnya.

Artinya, kata dia, huntap-huntap itu bisa bertahan pada getaran gempa 7 sampai 8 SR.

“Jadi untuk skala-skala di bawah masih bisa bertahan, bisa diakomodir gempanya,” katanya.

Selain Sahabuddin dan Bakhtiar, media gathering bertema “Membangun Sinergi antara Pers dengan Pemangku Kepentingan dalam Proyek Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Permukiman Pascabencana Sulawesi Tengah” itu juga dihadiri Senior Komunikasi PMC-CSRRP Tasrif Siara, dan Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Wilayah III, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP), Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, Kementerian PUPR, Herman Tobu. (RIFAY)