PALU – Fraksi Partai Hanura MPR RI menggelar seminar dalam rangka memperteguh Pancasila sebagai ideologi, sumber hukum dan jati diri bangsa dan kehidupan berbangsa dan bernegara, di salah satu hotel di Kota Palu, Senin (13/11).
Seminar dihadiri empat narasumber, masing-masing Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Hanura yang juga Ketua Fraksi Hanura MPR RI, Sarifuddin Sudding, Bendahara Fraksi Hanura Djoni Rolindrawan, tokoh agama Prof Dr Zainal Abidin dan Kapolres Palu AKBP Mudjianto.
Seminar ini melibatkan unsur pemuda yang tergabung dalam Laskar Pemuda Hanura (Lasmura) Provinsi Sulteng. Mereka berasal elemen mahasiswa, ormas kepemudaan dan pentolan-pentolan Pos Pemenangan Rakyat (Pospera) Sulteng yang diketuai Aim Ngadi.
Wadah berhimpun para pemuda, Lasmura yang dideklarasikan kemarin, sengaja digandeng oleh Fraksi Hanura agar bisa turut serta berperan aktif mengokohkan Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
Menurut Sekjen sekaligus Ketua Fraksi Hanura, Sarifuddin Sudding, keberadaan Pancasila sebagai ideology bangsa perlu dipupuk dan dipertahankan ditengah masyarakat yang sekarang ini rawan dimasuki paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila itu sendiri.
Selain itu, peran pemuda juga sangat penting dalam membentengi masyarakat dan dirinya sendiri dari bahaya narkoba yang kian massif.
Pemuda, termasuk remaja yang masih duduk di bangku sekolah, menjadi sasaran empuk peredaran narkoba.
“Persoalan narkoba bukan sekadar kegiatan kapitalis Negara luar, tetapi ada grand desain yang khusus menggempur bangsa ini dengan cara melumpuhkan generasi muda. Sebab, Indonesia inilah salah satu Negara di dunia yang memiliki potensi pemuda milenial di era tahun 2040-an mendatang,” katanya.
Sementara narasumber lainnya, Prof Zainal Abidin menyatakan, Pancasila adalah harga mati. Sebenarnya kata dia, persoalan Pancasila sebagai ideology, bukan lagi untuk dibahas saat ini karena memang keberadaannya tidak bisa diganggu gugat. Namun karena keberadannya yang mulai digoyang oleh pihak-pihak yang bertentangan, maka perlu kiranya ada pengokohan kepada masyarakat agar tidak goyah dengan masukknya paham-paham yang dimaksud.
Lebih lanjut dia menekankan beberapa hal penting terkait toleransi dalam kehidupan berbangsa san bernegara. Bahwa Pancasila sebagai dasar negara prinsipnya telah mengakomodir semua ajaran dalam agama yang ada.
Tak ada lagi hal dalam pancasila katanya yang perlu dipertentangkan.
Namun terkait isu radikalisme yang belakangan marak, Zainal berpesan agar tidak sembarang tempat untuk mencari atau menggali ilmu. Terlebih hanya mengutip informasi dari media sosial (Medsos) yang kini berkembang pada generasi milenial.
“Jangan sekali-sekali belajar agama dari Medsos. Tidak ada yang bertanggung jawab atas informasi yang beredar di medsos,” tekan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu itu.
Sementara Kapolres Palu, AKBP Mudjianto menambahkan, pihaknya sudah mengendus adanya benih-benih radilalisme di Palu. Beberapa ada yang mulai berusaha merekrut. Namun kata dia, berbagai upaya terus dilakukan kepolisian untuk memutus jaringan itu.
Melalui intelijen, kata dia, pihaknya juga sudah mendeteksi titik-titik yang dianggap rawan. (RIFAY)