TOUNA – Spesies capung endemik yang langka, Rhynocypha togeanensis, akhirnya ditemukan kembali di Kepulauan Togean (Touna), setelah hampir tiga dekade tidak tercatat dalam data ilmiah.

Spesies ini sebelumnya hanya tercatat dalam satu penelitian ilmiah oleh Vantol pada tahun 1994, tanpa informasi lanjutan hingga saat ini.

Ketiadaan data selama hampir 30 tahun membuat keberadaannya diragukan, sehingga penemuan ini membawa harapan baru bagi pelestarian keanekaragaman hayati Sulawesi.

Spesies ini diketahui memiliki ketergantungan tinggi terhadap habitat lotik atau sungai berarus jernih, ekosistem yang kini semakin tertekan akibat aktivitas manusia seperti konversi lahan untuk pertanian dan pembangunan infrastruktur wisata.

Hewan endemik Togean ini ditemukan kembali oleh Muhammad Amiruddin, Dosen Program Studi Agroteknologi PSDKU Universitas Tadulako (Untad) Touna, melalui rangkaian survei dan eksplorasi ekosistem sungai di Pulau Batudaka.

Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam dunia konservasi, mengingat Rhynocypha togeanensis merupakan salah satu spesies endemik yang keberadaannya sempat dianggap tak pasti.

Penemuan ini terjadi setelah tim peneliti berhasil menembus area tersembunyi di hulu Sungai Tanimpo, yang dikelilingi dinding batu curam dan sempit menyerupai labirin alami.

Lokasi tersebut sangat sulit dijangkau dan nyaris tak pernah tersentuh aktivitas manusia. Namun justru di balik celah batu dan rerimbunan vegetasi itu, tim berhasil mengamati sebanyak 18 individu Rhynocypha togeanensis yang terbang aktif di sekitar tepian sungai.

“Temuan ini menandakan bahwa meskipun spesies ini masih ada, jumlahnya sangat terbatas dan kondisinya patut dikhawatirkan,” kata Muhammad Amiruddin, Kamis (31/07).

Penelitian ini dilaksanakan dengan dukungan penuh dari Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund (MBZ).

Bantuan tersebut memungkinkan tim untuk menjangkau wilayah yang sulit diakses, melakukan pemetaan habitat secara detail, serta mengidentifikasi berbagai potensi ancaman terhadap keberlangsungan spesies ini.

Survei awal menunjukkan bahwa habitat yang cocok bagi Rhynocypha togeanensis telah banyak mengalami degradasi, dan lokasi penemuan mungkin merupakan satu-satunya kantong populasi yang tersisa.

Menurut Amiruddin, temuan ini menunjukkan spesies tersebut jauh lebih terancam daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Kami hanya menemukan 18 individu di satu lokasi sungai yang tersembunyi. Ini menjadi sinyal bahaya bagi konservasi spesies endemik ini. Jika tidak ada langkah perlindungan segera, kita bisa kehilangan satu lagi warisan hayati Togean,” ujarnya.

Sebagai spesies yang hanya ditemukan di Kepulauan Togean dan tidak ada di tempat lain di dunia, Rhynocypha togeanensis merupakan bagian penting dari identitas ekologis wilayah ini.

“Pelestariannya bukan hanya soal menyelamatkan satu jenis capung, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem unik yang menjadi ciri khas Togean,” katanya.

Ia berharap hasil penelitian ini dapat mendorong tindakan konservasi segera, termasuk perlindungan habitat kritis, edukasi masyarakat lokal, dan kolaborasi lintas sektor untuk menjaga kelestarian Rhynocypha togeanensis sebelum semuanya terlambat. ***