SURABAYA – Istilah moderat atau Islam moderat belakangan ini sering didengar di media. Jika dicermati, istilah moderat sesungguhnya tidak persis identik dengan istilah wasathiyah.
Wasathiyah itu identik dengan keadilan, menunjukkan kemuliaan, kebaikan, keseimbangan dunia-akhirat, tidak berlebihan tidak juga meremehkan ibadah atau perintah agama. Sehingga wasathiyah merupakan sifat dari Islam itu.
Demikian dikatakan oleh Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, Direktur Pascasarjana Unida Gontor, dalam Rakerda MUI Provinsi Jawa Timur di Aula Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur, pekan kemarin, Kamis (23/11).
Menurut Hamid, lawan istilah wasathiyahadalah ghuluw (berlebih-lebihan atau ekstrem). Contoh praktik keagamaan yang ekstrem dicontohkan dalam al-Qur’an adalah apa yang telah dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani.
“Contoh, dalam tradisi agama Nasrani, kesucian itu dengan menghindari seks. Artinya, orang yang suci itu tidak menikah. Tetapi di dalam Islam, tidak ada batasan kalau paling suci paling alim itu yang tidak menikah. Ternyata Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menyatakan sendiri, ‘saya Nabi tapi saya menikah, makan, pergi ke pasar’,” jelasnya.
Hamid juga menambahkan, ghuluw itu adalah melampaui atau melewati batas yang ditentukan. Yang diharamkan dihalalkan. Yang dihalalkan agama diharamkan.
“Contoh ghuluw dalam akidah misalnya berlebihan dalam masalah imamah. Seperti berlaku dalam Syiah. Sikap yang tidak wasathiyah. Jadi para imam itu (dianggap) maksum seperti Nabi,” tambahnya.
Dalam diri umat Islam saat ini muncul tantangan, yaitu populernya istilah Islam moderat. Ternyata istilah moderat ini muncul dari Barat, dengan definisi sendiri, arti sendiri, dan pemahaman sendiri.
“Muslim moderat menurut Barat, adalah dengan ciri-ciri Muslim yang tidak anti semith (tidak anti Yahudi), kritis terhadap Islam dan menganggap Nabi Muhammad tidak mulia dan tidak perlu diikuti, pro kesetaraan gender, menentang jihad, menentang kekuasaan Islam, pro pemerintahan sekuler, pro Israel, pro kesamaan agama-agama, tidak merespons terhadap kritik-kritik kepada Islam dan Nabi Muhammad, anti pakaian Muslim, tidak suka jilbab, anti syariah dan anti terorisme. Inilah arti moderat menurut Barat,” tegas Hamid.
Jadi, syariah itu tidak moderat bagi Barat. Tapi moderat perspektif Barat itu adalah yang percaya pada demokrasi, toleransi, pendekatan politik tanpa kekerasan, perlakuan yang sama terhadap wanita dalam hukum.
Kesimpulannya, moderat dalam pikiran Barat itu identik dengan liberal. Sehingga tidak sama dengan wasathiyah. (HIDAYATULLAH)