PALU– Di balik tembok Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Palu, sebuah kisah transformasi hidup yang menyentuh hati sedang berlangsung. Program Rumah Tahfidz Al-Kafi, yang diinisiasi oleh LPKA Palu bekerja sama dengan Kanwil Kemenkumham Sulteng, telah menjadi cahaya baru bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum, dengan Al-Qur’an sebagai panduan utama untuk perubahan.
YG, seorang anak binaan berusia 17 tahun, adalah salah satu dari banyak anak merasakan perubahan hidup luar biasa. “Dulu, saya merasa tersesat dan putus asa, tapi melalui program hafalan Al-Qur’an ini, saya merasakan ketenangan dan harapan baru. Al-Qur’an menjadi teman setia yang menuntun saya ke arah yang lebih baik,” tuturnya dengan penuh syukur.
Rumah Tahfidz Al-Kafi tidak sekadar tempat untuk menjaga menghafal Al-Qur’an. Program ini juga mendidik anak-anak binaan dalam membentuk karakter kuat, disiplin, dan memberikan bekal keterampilan hidup bermanfaat. Para pengajar tidak hanya fokus pada hafalan, melainkan juga pada pemahaman makna dan penerapan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Mohamad Kafi, Kepala LPKA Palu, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program tersebut adalah membentuk anak-anak binaan menjadi pribadi yang lebih baik. “Kami berharap mereka tidak hanya hafal Al-Qur’an, tapi juga memahami dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup, agar kelak mereka menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat,” katanya.
Rumah Tahfidz Al-Kafi juga mendapat dukungan besar dari Kementerian Agama Kota Palu, yang membantu memastikan bahwa pendidikan agama diberikan di sini berkualitas dan menyentuh setiap aspek kehidupan anak binaan.
Hermansyah Siregar, Kepala Kanwil Kemenkumham Sulteng, yang baru saja dianugerahi gelar kehormatan Abnaul Khairaat oleh Pengurus Besar Al-Khairaat, mengungkapkan rasa bangganya terhadap program tersebut.
Dengan diresmikannya Rumah Tahfidz Al-Kafi oleh Istri Menteri Hukum dan HAM, Idayanti Pandan Supratman, harapan besar muncul agar program ini terus berlanjut dan berkembang.
“Kami berharap Rumah Tahfidz Al-Kafi menjadi contoh nyata bagi lembaga pemasyarakatan lainnya di Indonesia, menunjukkan bahwa pendekatan pembinaan berbasis agama dapat memberikan dampak yang sangat positif bagi anak-anak binaan,” ujar Hermansyah.
Dengan program tersebut,anak-anak yang pernah tersandung masalah hukum kini memiliki kesempatan untuk membangun masa depan yang lebih cerah. Mereka tidak hanya belajar agama, tapi juga keterampilan hidup yang akan sangat bermanfaat ketika mereka kembali ke masyarakat.
“Rumah Tahfidz ini adalah wujud ikhtiar kita semua, semoga anak-anak binaan di sini bisa menjadi pemimpin bangsa di masa depan,” kata Hermansyah penuh harap.
Reporter:**/IKRAM