SIGI – Mantan Panglima TNI, Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, menyatakan, ulama adalah orang-orang penakut. Makna kata penakut tersebut adalah takut kepada Allah SWT.
“Sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ketaqwaan ulama adalah yang paling takut kepada Allah SWT,” kata Gatot saat menghadiri Haul III HS Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri, di Desa Kotarindau, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, pekan lalu.
Wajar kata dia, dalam Surah Al-Imran ulama disejajarkan dengan malaikat. Karena itulah, Gatot sendiri selalu melihat keutamaan para ulama tersebut.
“Saya sering ditanya kenapa sering keliling-keliling. Seperti tadi (pekan lalu), saya Shalat subuh di Masjid Alkhairaat dan berziarah ke makam. Karena tadi, keutamaan ulama itu, ulamalah yang membawa kita semuanya ke kehidupan yang abadi. Insya Allah nanti di Padang Mahsyar, saya ditanya siapa gurumu. Maka sebelum saya jawab, para ulama sudah menjawab, itu murid saya. Alhamdulillah saya aman,” tuturnya.
Bahkan kata dia, saking pentingnya ulama, maka Allah SWT pernah mengatakan, bahwa apabila para ulama masih ada yang berjuang untuk mendidik para santrinya dan ummat, masih banyak yang membaca Al-Quran, maka negara akan tetap aman.
Ulama, lanjuit dia, berbeda dengan manusia biasa. Jika manusia biasa memperingati ulang tahun kelahirannya, maka ulama justru meninggalnya.
“Karena sebenarnya ulama tidak meninggal. Kehidupan abadi yang diingatkan, sehingga Haul ini tidak akan pernah selesai. Kalau manusia biasa, begitu meninggal dunia selesai ulang tahunnya, tapi kalau ulama sepanjang masa karena ajaran-ajarannya tetap hidup,” katanya.
Dia pun mengaku banyak mendapatkan berkah yang luar biasa bisa mengadiri sekaligus bisa mendengarkan langsung manaqib pada Haul Habib Muhammad.
Seorang Habib Muhammad, kata dia, bisa membedakan dengan jelas antara hak-hak Allah dan manusia. Alkhairaat pun, kata dia didirikan untuk menegakkan hak-hak Allah.
“Pelajaran yang luar biasa bagi saya, bila ada santri yang bersalah, beliau (Habib Muhammad) tidak menghukumnya, namun mengajaknya makan bersama. Ini yang dicontohkan dalam manaqib. Kalau ada permasalahan, Habib Muhammad selalu yang paling depan menyelesaikan,” ujarnya.
Dia berharap, di saat-saat seperti ini, penting bagi ulama untuk lebih gencar turun ke ummat. Para umat atau rakyatpun diminta tidak mendengarkan siapa-siapa jika menemui masalah.
“Tanyakan dulu pada ulama apabila terjadi apa-apa. Saya ulangi, tanyalah pada ulama, pasti tidak salah,” tekannya.
Dia pun mengajak kepada jemaah Haul untuk sama-sama mendoakan agar Indonesia tetap bersatu. Sebab kata dia, Indonesia adalah satu-satunya negara yang penduduknya muslimnya terbesar di dunia. Indonesia pula yang bisa menunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin, jangan sampai ini rusak.
Pada kesempatan tersebut, HS Shaleh bin Muhamad Aldjufri diberikan amanah membacakan manaqib.
Dalam manaqib tersebut diketahui, Habib Muhamaad adalah sumber ilmu nahwu sharaf (kaidah-kaidah bahasa Arab). Habib Muhammad sendiri adalah salah satu putra dari Pendiri Alkhairaat, HS Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua).
“Kisah ini ada beberapa versi, salah satunya pernah diceritakan Sofyan A Lahilote, salah satu oleh murid Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua)
Dalam sebuah riwayat, Habib Muhammad pernah mendatangi majelis Guru Tua sembari membaca kitab nahwu dengan lancer, bahkan sebagian besar sudah dihafalkannya tanpa ada satu huruf pun yang salah.
“Kemampuan dan kecerdasannya itu ditunjukan melalui izin Allah, walaupun saat itu Habib Muhammad hanya sibuk dengan berdagang,” tutur Habib Shaleh.
Dia juga mengatakan, Habib Muhammad diberi amanah oleh Guru Tua menjadi Ketua Alkhairaat. Kala itu, tidak sedikit diantara warga Alkhairaat sendiri yang menentang kebijakannya. Akan tetapi, tantangan itu tidak menyurutkan niat dan tekadnya untuk membesarkan Alkhairaat.
Pada kesempatan itu, Habib Shaleh meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi agar sekiranya menetapkan Kecamatan Dolo, khususnya Kotarindau sebagai kawasan religi dan mengambil nama Habib Muhammad sebagai nama jalannya. (YUSUF/HADY/RIFAY)