Setiap tahun, 12 hari setelah Ramadhan, ratusan ribu umat dari berbagai daerah dan luar negeri datang berziarah dan menghadiri peringatan Haul Habib Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua), Pendiri Alkhairaat di Palu, Sulawesi Tengah. Acara ini menjadi ajang silaturahmi bagi Abnaulkhairaat dan umat Muslim pada umumnya.
Di tengah kesibukan panitia mempersiapkan Haul ke-57 Guru Tua, muncul kelompok yang menamakan diri “ulama pribumi” yang menyebarkan ujaran kebencian, rasisme, dan penghinaan terhadap Guru Tua dengan sebutan yang sangat tidak pantas. Ujaran semacam ini belum pernah dialami beliau, baik semasa hidup maupun setelah wafat, bahkan dari bangsa penjajah sekalipun.
Pernyataan bernada kebencian dan rasisme ini telah menimbulkan kemarahan keluarga besar Alkhairaat dan umat Islam. Mereka mendesak Kapolri untuk segera menindak tegas pelaku demi menjaga kehormatan ulama panutan umat.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelompok ini kerap menunjukkan kebencian terhadap ulama dari kalangan Ba’Alawi. Padahal, penyebaran Islam di Nusantara banyak dilakukan oleh ulama-ulama dari Yaman. Islam tidak hanya berkembang di satu wilayah tertentu, tetapi menyebar hingga ke pelosok negeri. Di luar Jawa, banyak ulama dan santri yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, termasuk Guru Tua bersama para santrinya.
Habib Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua adalah sosok ulama kharismatik yang dihormati oleh umat Muslim maupun non-Muslim. Selain berasal dari keturunan ulama besar, beliau juga memiliki darah bangsawan dari keluarga Arung Matoa, Raja Wajo Sengkang. Namun, yang menjadikannya mulia bukan hanya garis keturunan, melainkan kiprah nyatanya dalam membangun pendidikan Alkhairaat yang terbuka bagi semua kalangan, tanpa memandang latar belakang dan bahkan tanpa biaya.
Tahun 1968, setahun sebelum wafat, Guru Tua menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah bersama tiga muridnya. Perjalanan itu sepenuhnya dibiayai oleh seseorang sebagai bentuk penghormatan kepada beliau.
Guru Tua adalah Mutiara SIS Aljufri dari Timur—ulama kharismatik, toleran, dan nasionalis sejati. Ia seorang pemaaf yang selalu berharap kebaikan untuk semua orang. Kita yakin, di alam lain, beliau telah memaafkan orang yang menghinanya, sebab kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh hinaan yang dilontarkan kepadanya.
Insyaallah, mari kita hadiri dan berziarah dalam peringatan Haul Guru Tua pada Sabtu, 12 April 2025 di Palu, Sulawesi Tengah. Acara ini menjadi momentum untuk bersilaturahmi, mengobati rindu, dan berdoa agar Allah SWT mengganti hinaan dengan kemuliaan bagi keluarga besar Alkhairaat.
Semoga pemerintah Republik Indonesia segera mengangkat dan menetapkan Habib Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua) sebagai Pahlawan Nasional. Aamiin.
Tetap jalankan amanah Guru Tua:
- Rawat dan bantu pendidikan Alkhairaat.
- Berlomba-lomba dalam kebaikan.
- Menjaga simbol kemuliaan bangsa: Merah Putih, merawat Bhinneka Tunggal Ika, dan mempertahankan NKRI.
GURU TUA MENGUNDANGMU
Wallahul Musta’an
Palu, 30 Ramadhan 1446 H
Lamin Ahmad
Abnaul Khairaat / Ketua PPIA Aliyah Pusat 2018/2019