Guru dan Siswa Mogok, SIS Aljufri: Tanpa Kalian Alkhairaat Akan Tetap Jalan

oleh -
KH. Sofyan Lahilote

PALU – Alkhairaat pernah mengalami situasi pemogokan guru dan pelajarnya pada masa ketika Habib Idrus bin Salim Aljufri (SIS Aljufri atau Guru Tua) masih hidup. Hal ini diceritakan oleh Murid dari KH. Sofyan Lahilote saat menceritakan kisahnya bersama Habib Idrus pada Haul SIS Aljufri 54, di Komplek Alkhairaat, Sabtu (14/5).

Kala, Sofyan Lahilote mendampingi Habib Idrus di Ternate, habib dikirimi telegram dari Palu. Biasanya, ada telegram ke Habib lebih sering soal info ada yang sakit atau info orang meninggal. Tapi kali ini berbeda, rupanya telegram dari Palu itu soal protes terhadap keputusan Guru Tua.

Awalnya Sofyan mengira itu adalah telegram info ada yang sakit atau yang meninggal di Palu. Setelah memberitahukan kepada Habib bahwa ada telegram, Sofyan diminta untuk membacakannya.

“Begitu saya buka, ‘Segera: Guru Besar Ketua Utama Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri, keputusan ketua utama Alkhairaat ditolak oleh Dewan Guru Alkhairaat dan Persatuan Pelajar Islam Alkhairaat’,” kata KH. Sofyan.

Habib bertanya, keputusan yang mana ditolak oleh guru dan pelajar Alkhairaat. Sofyan menerangkan, bahwa sebelum berangkat ke Ternate, Guru Tua menandatangai surat ditujukan ke Gubernur dan DPRD Sulteng. Surat itulah yang ditolak.

BACA JUGA :  Apel Hari Santri di Alkhairaat Layak Dicatat di Buku MURI

Guru Tua, lalu menanyakan pendapat Sofyan soal itu. Maka Sofyan kala itu mengambil kertas dan menulis “Segera; Sekjend PB Alkhairaat, Mohamad Gasim Maragau. Periksa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Alkhairaat, di dalamnya tertulis ketua utama adalah mandataris muktamar. Keputusan ketua utama sama dengan keputusan muktamar dan tidak dapat diganggu gugat”.

Mendengar itu, Habib Idrus tertawa sembari menyapu rambut Sofyan, karena kala itu Sofyan masih berusia 18 tahun seolah ‘menggurui’ Sekjend PB Alkhairaat.

“Ya Walad, kau mau ajar Muhammad Gasim,” ingat Sofyan sembari terkekeh.

Lalu, Habib Idrus mengatakan, semua itu akan diselesaikan ketika kembali ke Palu. Dan ketika mereka sudah sampai di Palu, Ketua Umum PB Alkhairaat, HS. Saggaf bin Muhammad Aljufri sedang ke Jakarta.

Sementara mendengar Habib Idrus sudah di Palu, Raja Palu Tjatjo Iijazah mendatangi rumah habib. Padahal Tajtjo jarang mendatangi Guru Tua kecuali untuk hal yang penting. Rupanya kala itu Tjatjo menyampaikan rasa kekecewaannya terhadap guru dan pelajar Alkhairaat.

BACA JUGA :  Dokumen Persyaratan Paslon Muhammad Wartabone – Moh. Rizal Diterima KPU Palu di Injury Time

“Saya lihat Habib, ini anak-anak mulai kurang ngajar!” kata Tjajo yang dikutip KH. Sofyan.

Raja Palu kecewa karena rupanya penolakan dewan guru ini dilanjutkan dengan aksi mogok mengajar.

“Maka dia bilang, Tuan Guru harus ambil tindakan tegas terhadap mereka!” kutip Sofyan soal permintaan Tjatjo kepada Guru Tua.

Akhirnya habib benar-benar mengambil tindakan. Sofyan diperintahkan untuk memanggil Mohammad Gasim Maragau, Zainal Abidin Betalemba, Mohammad Nawawian Abdullah, Abdul Hay Abdullah, Masud Lahuda, Mahfud Godal, Hasbullah Asryad, dan Rastam Arsyad.

Dengan sepeda, kisah Sofyan, ia memanggil satu persatu mereka ke rumah Habib Idrus, untuk datang ba’da Isya nanti, Ba’da Isya mereka semua sudah berada di rumah Habib Idrus. Setelah habib keluar dari kamarnya para guru-guru itu mencium tangan habib secara bolak-balik. Kemudian Guru Tua hanya memberikan satu pertanyaan saja.

“Saya akan tanya kalian satu soal saja. Dan jawabannya hanya ya atau tidak!” kata Guru Tua waktu itu.

BACA JUGA :  Kakanwil Kemenag Sulteng Lepas Duta Porsadinas ke Lampung

Maka ungkap Ustadz Sofyan, takutlah para guru itu. Mulailah Habib menunjuk Muhammad Qasim Maragau. “Ya Muhammad Qasim, Fatuamlik Amlak!” Siapakah kalian untuk mengajar?”dan semua nama ditanya satu persatu. Lalu semuanya hanya menjawab “ya”.

Kemudian Habib Idrus mengatakan, “Sekiranya kalian punya jawaban ‘tidak’. Maka semua kalian tidak akan mengajar. Tanpa kalian Alkhairaat tetap akan jalan!’.

Lalu Habib memberikan satu syair yang menghujam hati para guru ini, “Kami yang ajari cara untuk memamanah, tapi ketika sudah mahir untuk memanah, mereka membalikan anak panah itu kepada diriku”.

Mendengar itu semua menangis meminta maaf, memeluk dan mencium tangan sampai kaki Guru Tua.

Itulah kata Sofyan kisah pemogokan pertama di tubuh Alkhairaat. “Sampai sekarang ini saya tidak ada lagi dengar ada yang mogok,” aku Sofyan.

Olehnya itu Ustadz Sofyan berpesan, jikalau ada masalah, maka janganlah  ada yang berhenti mengajar. Karena ada dan tiada kita sekalipun Alkhairaat akan tetap bejalan. (NANANG)