Gunung Colo Bukan Penyebab Gempa Bumi di Tojo Una-Una

oleh -
Vulkanik Gunung Colo 1983 (wikipedia)

PALU – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun Geofisika Palu, memastikan peristiwa gempa bumi di Kabupaten Tojo Una-una adalah gempa tektonik atau yang disebabkan oleh pergeseran lempeng plat tektonik, bukan dari aktivitas gunung berapi colo.

Berdasarkan keterangan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Geofisika Palu, Hendrik Leopatty, jika pihaknya hingga saat ini belum dapat memastikan tentang sesar apa, maupun besaran bahayanya tentang gempa bumi Tojo Una-Una. Sebab dalam sejumlah buku-buku yang menjadi acuan BMKG, belum ada yang memuat perihal gempa-gempa lokal di Tojo Una-una, selain yang diakibatkan Gunung Colo.

Meski begitu, Hendrik menyebut dua kemungkinan yang menjadi dugaan sementara penyebab dari gempa bumi lokal di Tojo Una-una dengan catatan terakhir berkekuatan 6,5 magnitudo, Senin malam.

“Yang pertama mungkin terusan Balantak, tapi kemungkinannya kecil. Kemudian terusan dari daratan Tojo Una-una itu sendiri. Dan untuk info soal Gunung Colo ya, tetapi itu murni kejadiannya gempa tektonik karena adanya tiga patahan yang saat ini kita namakan sesar lokal,” ujarnya melalui sambungan telephone di Palu, Rabu (28/7).

BACA JUGA :  Tim Hukum Rusdy-Sulaiman Duga Kadisbud Kota Palu Terlibat dalam Mobilisasi ASN di Kampanye Paslon Nomor Urut 1

Selain itu, Hendrik mengungkapkan, sesuai historis kegempaan di Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun yang lalu, pada daerah tersebut sangat jarang dilanda gempa bumi tektonik. Baru tercatat lagi pada beberapa bulan yang lalu di tahun 2020 dengan skala yang kecil.

“Namun sekarang tiba-tiba terlepas dalam skala 5,9 waktu Indonesia tengah. Lalu diikuti serangkaian gempa 3,3. Lalu selebihnya di bawah 3 koma. Tiba-tiba malam hari terlepas 6,5, jadi memang lagi aktif di sana,” katanya.

Lebih jauh, ia menerangkan, setidaknya dalam pulau Sulawesi terdapat 48 titik sesar yang tersebar di beberapa provinsi. Jumlah tersebut naik drastis, dari yang sebelumnya hanya 12 sesar pada tahun 2010 yang lalu. Karena pulau Sulawesi, merupakan kawasan pertemuan antar tiga lempeng besar, adalah Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

BACA JUGA :  Pemisahan Kementerian, Sinergitas dan Adaptasi Ditekankan

“Jadi jangan terpancing isu-isu yang tidak benar dan kami harap masyarakat tetap pantau informasi resmi dari BMKG, pemadaman listrik itu mungkin sudah SOP dari PLN karena pada kekuatan guncangan tertentu harus dipadamkan,” Tambahnya.

Pun berdasarkan pantauan media ini dari akun Twitter resmi miliki BMKG, Rabu (28/7) dini hari, tercatat gempa berkekuatan 3,1 dan 4,4 magnitudo kembali terjadi di wilayah Kabupaten Banggai. Masing-masingnya memiliki titik di Teluk Uebone arah barat Bunta serta di Selat Togean arah barat laut Bunta.

BACA JUGA :  Ponpes Nahdlatut Tholibin Lestarikan Pembelajaran Kitab Kuning

Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Tojo Una-Una Pian Mateng, mengungkapkan, pihaknya masih menjalani koordinasi bersama sejumlah camat diwilayahnya perihal kerusakan maupun korban jiwa yang ditimbulkan pasca gempa bumi.

“Hanya ada dua laporan, yaitu Camat Una-Una saja, salah satu warganya mengalami serangan jantung saat gempa yang berlangsung meninggal dunia, dan laporan Camat Togen ada rumah warga dinding bagian depannya roboh, baru juga itu ada pagar roboh,” ungkapnya saat dihubungi dari Palu, Rabu pagi.

Karenanya, ia mengingatkan masyarakat agar tidak termakan kabar bohong atau hoaks di media sosial, yang meminta warga meninggalkan rumah, atau daerah itu. Sebab kemungkina, justru akan dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil harta benda di rumah warga.

Rep: Faldi/Ed: Nanang