DONGGALA – Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), H. Rusdy Mastura meresmikan perpustakaan dan pusat literasi kependudukan Kampung Keluarga Berkualitas (KB) di Desa Walandano, Kabupaten Donggala, Jum’at (20/05).
Peresmian perpustakaan itu merupakan rangkaian akhir Festival Budaya yang dilaksanakan oleh Medco Fundation yang bekerjasama dengan Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulteng, di desa tersebut, mulai 18 hingga 20 Mei 2022.
Selama proses festival budaya hingga peresmian bangunan perpustakaan, Masyarakat Walandano dan sekitarnya sangat antusias.
Kesempatan itu, Gubernur mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi atas respon tanggung jawab sosial Medco Foundation yang telah membangun pustaka desa.
“Literasi membaca adalah bagian yang penting, karena ini juga adalah salah satu perintah agama. Iqra artinya bacalah. Artinya , agama telah memerintahkan kita untuk membaca,” ungkapnya.
Menurutnya, perpustakaan merupakan tempat untuk mendapatkan kecakapan hidup, karena budaya membaca merupakan kegiatan yang positif.
“Jepang dan Korea merupakan negara yang paling maju, hal ini disebabkan literasi,” kata Gubernur.
Pria yang akrab disapa Cudy itu mengaku sangat merasakan manfaat dari membaca. Sebagai gubernur, dia mengakui memiliki jenjang pendidikan hanya pada tingkatan SMA. Namun, karena rajin membaca, dirinya bisa menjadi Walikota hingga Gubernur.
“Membaca ini jendela dunia. saya punya buku 3000 di rumah, kalau mau saya bawa kemari sebagian,” tandasnya.
Olehnya Cudy berharap, hadirnya perpustakaan itu dapat mendorong masyarakat menumbuhkan budaya membaca dan mengembangkan pengetahuan.
Dikesempatan sebelumnya, Head of Medco Foundation, Roni Pramaditia menuturkan sejarah masuknya Medco Foundation di Sulteng, hingga Desa Walantano.
Dikatakannya, Medco Group memiliki kebiasaan respon terhadap kegiatan-kegiatan sosial atau kejadian bencana alam. Pasca bencana alam 2018 lalu, waktu itu pihaknya datang di Sulteng dibantu oleh BKKBN mencari daerah yang sangat terdampak namun belum terjangkau bantuan.
“Tibalah kami di desa yang sangat indah ini, dan kami melakukan asesmen. Kita melihat sangat membutuhkan akses literiasi. Literasi itu tidak hanya budaya baca tapi juga memahami apa yang terjadi di sekitar kita,” katanya.
Kenapa membangun Pustaka desa, Roni menjelaskan, sejauh ini masyarakat menghadapi tantangan, bukan hanya wilayah walandano atau Sulteng, tapi nasional pada umumnya. Karena berdasarkan studi tahun 2021, bahwa Indonesia adalah negara paling terbelakang dalam hal kemampuan membedakan antara fakta dan opini, dan hal itu dirasakan selama dua tahun terakhir saat mengalami pandemi covid.
“Perpustakaan didesain dan terinspirasi dari Rumah Adat Tambi Provinsi Sulawesi Tengah, dengan tujuan untuk memperkuat literasi masyarakat dan membangun generasi yang cerdas. Ini menjadi milik masyarakat dan diharapkan semua elemen masyarakat menjaga dan meramaikannya,” pinta Roni Pramaditia.
Dikesempatan yang sama, Tokoh Literasi Nasional, Maman Suherman yang dihadirkan Medco Fundation sebagai Keynote speech menyampaikan telah menbawa 100 buku untuk mengisi perpustakaan Walandano.
“Tadi Pak Gubernur mengaku punya 3000 buku di rumah, dan saya percaya Pak Gubernur akan sumbang 1.000 buku untuk mengisi perustakaan ini,” pungkas Maman.
Kegiatan itu dihadiri Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Tenaga Ahli Gubernur, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulteng, Ketua Kadin Donggala, Camat Balaesang, Kepala dan tokoh masyarakat Desa Walandano, dan para Penggiat Literasi Sulteng. (YAMIN)