PALU – Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulteng meminta masyarakat untuk tidak ikut-ikutan menyebarkan video pembantaian yang terjadi di dua masjid yang ada di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/03) pukul 13.45 waktu setempat.

GP Ansor Sulteng sendiri mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak pemuda kristen dan sama-sama mengungkapkan keprihatinan bersama atas peristiwa tersebut.

“Tentu saja mengimbau untuk berpikir jernih. Di dunia yang semakin terhubung ini dengan mudahnya kita mendapatkan informasi. Untuk itu kami mendukung pemerintah dan PBNU juga sudah mengimbau untuk tidak menyebarkan video-video teror tersebut karena memang seperti itulah keinginan teroris untuk memberikan ketakutan kepada masyarakat,” kata Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Sulteng, Alamsyah Palenga, Ahad (17/03).

Selain memberi rasa takut, jika video itu terus disebarkan, maka akan menimbulkan kebencian yang berkepanjangan dan dikhawatirkan akan menimbulkan sentimen agama.

“Karena ini bukanlah ajaran agama. Apa yang dilakukan oleh oknum itu tidak bisa dikaitkan dengan ajaran agama apapun. Apalagi di Islam, tindakan ini sangat bertentangan dengan prinsip ajaran Islam yang menjunjung tinggi kemerdekaan agama masing-masing. Ini bukan perbuatan manusia yang beragama karena tidak ada agama yang membenarkannya,” tekannya.

Dia pun mengajak masyarakat untuk berpikir jernih, bahwa perbuatan keji itu telah melanggar seluruh norma dan aturan agama apapun di dunia ini.

“Sehingga kita jangan sampai terprovokasi tindakan-tindakan yang sebaliknya, apalagi balas dendam. Ini adalah tindakan individu dan tentunya kita menunggu hasil penyelidikan kepolisian di negara setempat apa motif di balik ini,” serunya.

Lebih lanjut, Alamsyah enyampaikan belasungkawa yang mendalam, baik terhadap korban maupun keluarganya yang ditinggalkan pasca kejadian itu.

“Pimpinan pusat GP Ansor dan seluruh jajaran Ansor, khususnya GP Ansor Sulteng juga mengutuk dengan keras tindakan keji dan tidak berperikemanusiaan tersebut karena sesungguhnya kemerdekaan untuk beribadah dijamin oleh negara manapun di dunia ini. Maka apa yang dilakukan oleh oknum tersebut sudah merampas kemerdekaan orang beribadah sesuai agamanya,” tambahnya.

Dia juga menanggapi anggapan sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa kejadian itu telah membuktikan bahwa pelaku terorisme tidak boleh diidentikkan dengan Islam. Justru, kata dia, terorisme memang tidak bisa diidentikkan dengan agama apapun.

Lebih lanjut dia mengatakan, peristiwa yang terjadi itu juga tidak bisa mengganggu kosentrasi bangsa Indonesia yang tidak lama lagi dihadapkan dengan perhelatan Pemilu.

“Apalagi di Palu ini kita kenal dengan daerah yang tinggi tensinya kalau terkait dengan toleransi. Oleh karena itu, sentimen keagamaan ini kita harus jaga, karena tanpa kejadian itupun dalam pengamatan Ansor, dalam satu minggu terakhir ini tensi politik ini memanas. Jika kita tidak mampu mengelola dengan baik maka ini akan mencapai puncaknya dalam minggu-minggu ini,” katanya.

Dalam hal ini, kata dia, Ansor juga siap membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas keamanan di tengah masyarakat. (RIFAY)