PALU – Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Subdit Pemberdayaan Masyarakat Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) Setyo Pranowo menegaskan generasi muda saat ini merupakan salah satu sasaran utama penyebaran paham radikal, dari berbagai kelompok radikal dan terorisme.
“Kelompok radikal terorisme, lanjutnya, memanfaatkan kerentanan proses pencarian jati diri pada generasi muda, sebagai wadah mutasi penerus ideology radikal,” tegas Setyo dalam diskusi bertajuk Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulteng, di salah satu hotel di Kota Palu, Rabu (18/7/2018) pagi.
Lebih jauh Setyo, kelompok radikal dan terorisme akan berkembang biak, mereka ibarat amoeba dengan cara membelah diri, dengan strategi penyebaran sel melalui banyak tubuh yang berbeda. Sasaran utama mereka yang utama adalah generasi muda, orang-orang yang secara ekonomi politik relatif lemah, serta individu atau kelompok yang kecewa.
Segmen kelompok generasi muda tersebut, kata dia, yang menjadi prioritas perhatian BNPT melalui berbagai bentuk pendekatan pencegahan penyebaran paham radikal dan terorisme. Salah satunya pendekatan melalui kegemaran para anak muda menggunakan media sosial.
Setyo berharap, diskusi literasi digital yang digelar dapat mengajak masyarakat, khususnya generasi muda untuk mewaspadai paham radikal, sebagai bagian dari upaya pencegahan terorisme dalam rangka merawat kesatuan dalam kebhinnekaan Indonesia.
“Harapan kita ke depan, generasi muda memiliki kemampuan menyaring media sosial yang ada. Melalui kegiatan ini diharap menampung segala kritik, saran dan masukan dari tokoh dan peserta, tentang peranan mencegah terorisme melalui media sosial,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua FKPT Sulteng, Dr. Muzakir Tawil menyebutkan, BNPT dan FKPT menginginkan peran dari seluruh elemen masyarakat, utamanya generasi muda bisa turut memainkan peran yang strategis untuk bisa mencegah radikalisme dan terorisme.
“Apalagi konsumen dari media sosial adalah masyarakat kita, yang apaila tidak mempunyai pemahaman yang sangat kuat berdasarkan kepada ideologi, maka akan mudah terbawa dan terberangus. Oleh informasi-informasi yang menyesatkan, sekaligus bisa memberikan pemahaman yang keliru, baik tentang ideologi atau ketahanan berbangsa dan bernegara,” jelas Muzakir.
Pada diskusi sehari tersebut, dihadiri sedikitnya seratus peserta dari para pegiat media sosial, komunitas literasi, mahasiswa, serta para jurnalis di Kota Palu. Bertindak selaku narasumber, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT, Setyo Pranowo, Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, Konsultan Media, Lexy Rambadeta, dan Ketua Pusat Pengembangan Deradikalisasi dan Penguatan Nilai-nilai Sosio-Akademik (Pusbang DePSA) Universitas Tadulako, Dr. Rahmat Bakri. (SAM)