PALU – Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma) Pemuda Pancasila menilai saat ini para pemuda semakin jauh dari pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Sudah banyak pergeseran terjadi, khususnya di Kabupaten Tolitoli,” kata Ketua mandat Pengurus Cabang (PP) Sapma Kabupaten Tolitoli, Yusri Dg Malawa di Palu, Ahad (29/4).
Yusri menjabarkan perilaku yang ditimbulkan yang tidak sesuai dengan butir-butir Pancasila yakni sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, dimana sebagian mulai generasi muda, mulai tidak mentaati ajaran agama dan kepercayaan masing-masing.
“Jika waktu ibadah tiba, masih ada yang tidak melaksanakannya. Walaupun juga sebagian dari itu, masih ada yang melakukan kajian-kajian keagamaan, sesuai dengan agama yang mereka dianutnya,” ungkapnya.
Kemudian di sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, dimana masih ada perilaku generasi muda, yang sudah tidak lagi memanusiakan manusia lain, walaupun sila itu, menunjukan jati diri bangsa Indonesia.
Bagi Yusri, manusia juga memiliki hakikat yang mempunyai hak dan kewajiban yang seharusnya bisa dihargai.
Terkait dengan jati diri generasi muda kata dia, hal itu dapat ditunjukan dengan penyaluran minat dan bakat yang mereka miliki. Namun saat ini, fasilitas pengembangan minat dan bakat di daerah, masih sangat terbatas.
Selanjutnya sila ketiga Persatuan Indonesia, dimana mulai memudarnya rasa persatuan dan kesatuan, khususnya pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
“Memang masih ada yang terlibat, tapi itu jumlahnya sangat kecil untuk bahu-membahu melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut,” ujar Yusri.
Pada sila keempat yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan menegaskan tentang kepemimpinan yang demokratis. Fenomena saat ini kata dia, banyak perhelatan dalam memilih seorang pemimpin yang tidak demokratis, dimana sebagian besar terjadi pada organisasi pemuda.
“Jika itu terjadi, maka saat mereka menjadi seorang pemimpin, akan bertindak dan bekerja, sesuai dengan keinginan diri sendiri saja, bukan kepentingan secara umum,” imbuhnya.
Yusri Dg Malawa merupakan salah seorang pengagas terbentuknya program kampung pelangi di Kelurahan Sidoarjao, Kabupaten Tolitoli, dengan tujuan untuk mengubah pola pemukiman yang sebelumnya dianggap kumuh menjadi kawasan yang indah dan asri.
“Kami mencoba memberdayakan generasi muda di daerah setempat, walaupun dengan anggaran yang sangat terbatas,” tutup Yusri. (FAUZI)