SIGI – Tiba-tiba, bumi bergemuruh di Desa Bora. Sedetik kemudian suasana mencekam dan panik. Orang-orang berhamburan keluar gedung dan mencari tempat aman. Namun di saat yang sama beberapa orang berkebutuhan khusus dan lanjut usia, meminta pertolongan. Beruntung ada sekolompok orang menolong.
Begitulah suasana simulasi kebencanaa di Desa Bora, Sabtu (13/08) kemarin, melibatkan semua elemen masyarakat, khususnya disabilitas dan lansia.
Simulai yang dilaksanakan oleh Pokja Opdis (Organisasi Penyandang Disabilitas) Sulawesi Tengah dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKS LU) Pelita Hati Sigi, mengambil titik kumpul di halaman MTs Alkhairaat Desa Bora itu, dirancang seakan-akan bencana alam gempa yang benar terjadi, di mana warga melakukan kesiapsiagaan menghadapi gempa, dan berlarian serta membantu Lansia serta Disabilitas yang dibantu oleh petugas tanggap Bencana KRPB Hibula yang dibentuk Desa Bora.
Salah satu mitra yang mendukung kegiatan tersebut sebagai manager program HFI (Humanitarian Forum Indonesia) Wido Wati mengatakan, simulasi respon kebencanaan yang dilakukan ini sedikit berbeda dengan respon kebencanaan yang biasa dilakukan. Karena kata Wido, dalam simulasi kebencanaan tersebut masyarakat yang rentan yakni, Disabilitas dan Lansia terlibat langsung dalam simulasi yang dilaksanakan.
“Alhamdulillah simulasi bencana yang dilaksanakan berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, dan simulasi respon kebencanaan ini sedikit berbeda yang mana Disabilitas dan Lansia dilibatkan langsung dalam simulasi tersebut,” terangnya.
Wido Wati menggambarkan, kebencanaan yang terjadi terkadang kelompok rentan disabilitas dan lansia belum mendapat perhatian khusus dalam penanganan maupun pelayanan. Sehingga dalam simulasi ini masyarakat diajak secara bersama bahwa, kesetaraan pelayanan itu tidak ada pembeda.
“kami ucapkan terimakasih dan memberikan apresiasi pada semua pihak, yang sudah terlibat langsung dalam kegiatan ini sehingga berjalan lancar sesuai dengan harapan, khususnya Pokja Opdis dan LKS LU Pelita Hati Sigi”ungkap Wido Wati.
Sementara koordinator Program Opdis LKS LU Kabupaten Sigi Erwin Pakewai mengatakan, kegiatan simulasi ini telah dilakukan penguatan dengan memberikan pembekalan serta pemahaman yang melibatkan Disabilitas dan Lansia, terkait respon bencana yang ingklusif sejak bulan Mei sampai bulan Agustus 2022 dalam artian, dalam kebencanaan Disabilitas dan Lansia ikut terlibat langsung dengan memahami tindakan yang akan dilakukan.
“Selain itu, pemerintah dalam hal ini Pemdes juga menyiapkan alat pendukung bagi disabilitas dan Lansia pada fasilitas umum, sehingga kelompok rentan tersebut dapat mengakses”terang Erwin.
Erwin yang juga ketua Yayasan Pelita Hati Sigi yang menaungi kelompok Lansia itu menambahkan, Desa Bora menjadi projek program pengurangan resiko bencana yang ingklusif, karena menjadi salah satu desa dari tujuh desa yang di usulkan Pemda Sigi ke Kementrian Sosial RI sebagai desa Ingklusif. Dirinya berharap, semua desa yang ada di Kabupaten Sigi dapat menjadi desa yang ingklusif.
“Hal ini tentunya juga akan menjadi penguatan untuk kita dorong ke Pemda Sigi, agar terbentuknya sebuah Regulasi Perda bagi Disabilitas dan Lansia. Saya juga berterimakasih pada semua pihak yang sudah membantu dan mendukung kegiatan selama hampir empat bulan ini di Desa Bora”ujar Erwin yang di dampingi Heri ketua Pokja Opdis Sulteng.
Terpisah mewakili Pemda Sigi dari BP2D Bobi memberikan apresiasi pada simulasi pengurangan resiko bencana yang melibatkan Disabilitas dan Lansia, yang dilaksanakan oleh Pokja Opdis dan LKS LU Pelita Hati, yang tentunya hal ini akan menjadi pembelajaran dan juga menjadi perhatian dalam tanggap Bencana, agar Disabilitas dan Lansia perlu dilakukan penanganan setara dengan yang lain.
“saya juga berharap, agar materi yang sudah diberikan pada anggota reaksi cepat Desa Bora menjadi pembelajaran, serta bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan dijaga dengan baik sebagai aset desa”kata Bobi.
Dalam simulasi tersebut, juga hadir Sekdes Bora, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sigi terkait, tokoh masyarakat dan masyarakat Desa Bora yang terlibat langsung dalam simulasi bencana. Melalui peogram mitra pelokalan respons kemanusian inklusif yang di sebut Pioneer, selain di dukung oleh HFI, juga ASB (Arbeiter Samariter Bund), Indonesia and the Philippinnes Advocacy for Disability Inclusioen (AUDISI), Resilience Development Initative (RDI) dan Dompet Dhuafa.
Reporter: Hady
Editor: Nanang