TOLITOLI – Jejak digital (digital footprints) merupakan rekam aktivitas yang ditinggalkan oleh setiap pengguna internet. Digital footprints bisa berdampak baik, tetapi bisa juga menjadi masalah besar di kehidupan, tergantung masing-masing penggunanya. Terdapat dua jenis jejak digital, yakni bisa berupa aktif dan pasif.

Untuk memberikan pemahaman rekam jejak digital di internet, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah akan menggelar webinar literasi digital untuk segmen pendidikan di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, Senin (13/5) pagi, pukul 09.00 WITA.

Mengusung tema ”Waspada Rekam Jejak Digital di Internet”, webinar yang akan diikuti secara nobar oleh pelajar dari berbagai sekolah itu rencananya menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Wakil Ketua Relawan TIK Indonesia Eko Prasetya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tolitoli Usman, key opinion leader influencer Novindah Sochmariyanti, dan Chichi Zakaria selaku moderator.

”Webinar juga dapat diikuti secara gratis dengan cara mendaftar di link https://s.id/pendaftarantolitoli1305. Peserta akan mendapatkan e-sertifikat dari Kemenkominfo, dan tersedia voucher e-wallet senilai total Rp 1 juta untuk 10 peserta yang terpilih dengan pertanyaan interaktif paling menarik,” tulis Kemenkominfo dalam rilis kepada awak media, Ahad (12/5).

Terkait topik webinar, Kemenkominfo menjelaskan, rekam jejak digital sangat penting bagi setiap orang. Sebab, dapat dijadikan sebagai peluang untuk memperoleh kesempatan di dunia profesional, seperti pekerjaan dan pendidikan (beasiswa).

”Selain itu, digital footprints dapat mempengaruhi perspektif seseorang, sehingga berpengaruh pula terhadap reputasi di internet. Dalam hal ini termasuk unggahan konten, riwayat komentar, maupun aktivitas lainnya di internet,” jelas Kemenkominfo dalam rilis.

Menurut Kemenkominfo, pelacakan digital footprints kini semakin mudah berkat teknologi yang semakin canggih. Sehingga setiap orang dengan mudah menemukan informasi apa pun tentang diri kita, baik yang aktif maupun pasif.

”Contoh rekam jejak yang secara sadar dibagikan oleh pengunggahnya (aktif), seperti postingan konten media sosial, riwayat interaksi bersama pengguna lain, pemberian ulasan, dan riwayat mengisi survei online. Sedangkan rekam jejak yang tidak disadari oleh penggunanya (pasif), misalnya riwayat pencarian, mengunjungi situs web,” imbuh Kemenkominfo.

Untuk diketahui, gelaran webinar seperti di Kabupaten Tolitoli, Sulteng ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), yang dihelat Kemenkominfo sejak 2017. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.

Tahun ini, program #literasidigitalkominfo ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.

Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan yang terkait dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. *

YAMIN