PALU – Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu, Syamsul Saifuddin, mengukuhkan Pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kota Palu, di TBM Tata Vuri, Kelurahan Tipo, Rabu (09/11) malam.
Pengukuhan yang dihadiri Kadis Pendidikan dan Kebudayaan, Hardi dan Duta Baca Indonesia, Gola Gong tersebut dirangkai dengan bincang literasi bersama penggiat literasi lainnya,
Syamsul menyampaikan kepada penggiat literasi melalui FTBM untuk menulis lebih banyak lagi, termasuk menulis adat dan kebiasaan orang Kaili.
“Ada banyak hal yang bisa ditulis, misalnya tentang kekayaan daerah kita ini, termasuk suku Kaili yang banyak, olahan kelor yang ada 63 jenis olahan, cara panen kelor agar kandungannya tetap terjaga, dan lainnya. Saya berharap dengan FTBM ini, hal-hal tentang adat kita ini dapat ditulis dan kami membuka diri untuk bekerja sama,” ucap Syamsul.
Senada dengan Syamsul, Gola Gong juga mendorong FTBM untuk menulis buku sebagaimana program Duta Baca Indonesia yaitu Gerakan Indonesia Menulis.
Menurutnya, hal tersebut menjadi tanggung jawab para pengelola FTBM dan pembaca buku untuk menuliskan kembali apa yang didapatkan dari proses membaca.
“Semua ketua taman bacaan, baik di wilayah atau daerah harus menulis, puisi boleh, cerpen, esai, kisah inspiratif, atau menulis dirinya sendiri juga boleh. FTBM bisa membuat kelas menulis dan difasilitasi oleh Dinas Perpustakaan, karena Dinas Perpustakaan ikut bertanggung jawab menerbitkan buku-buku karya lokal,” ujar Gola Gong.
Menyambut tentang menulis adat orang Kaili, Abdul Sjahid Lasira, Pembina TBM Tata Vuri memperkenalkan bukunya yang berjudul “Tangara Posijoko Sambulu” yang keseluruhan berbahasa Kaili.
Sjahid juga memaparkan keprihatinan mengenai minat baca anak-anak di sekitarnya dan pengetahun tentang Kaili yang mulai berkurang.
“Berangkat dari diskusi saya dan keponakan saya, Irzan, dan yang lainnya dari lepas tarwih sampai sahur, karena keresahan minat baca itu, kami sepakat mendirikan taman bacaan ini (TBM Tata Vuri) dan langsung action paginya,” ungkap Abdul Sjahid.
Awalnya, kata dia, tempat yang digunakan saat ini adalah kandang kambing, kemudian dibersihkan dan jadikan tempat membaca.
“Kami percaya ketika kita berlayar dalam membaca, kita berlayar mengelilingi dunia,” pungkasnya.
Reporter : Iker
Editor : Rifay