PALU – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tahun 2023, tingkat Provinsi Sulawesi Tengah. Kegiatan ini digelar selama tiga hari kedepan, mulai Senin (13/11) sampai dengan Rabu (15/11), di Hotel Best Western Plus Coco Palu.
Menurut Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, Asrif, kegiatan hari ini adalah, puncak dari gerakan revitalisasi bahasa daerah dilaksanakan selama satu tahun di Sulawesi Tengah, terhadap empat bahasa daerah, yaitu Kaili, Pamona, Banggai dan Saluan.
“Ini adalah peristiwa sejarah. Kalau kemarin pemerintah provinsi mendeklarasikan provinsi megalituikum (Negeri Seribu Megalit, red). Maka hari ini, dengan merayakan keragaman bahasa daerah pada tunas yang menjadi masa depan generasi bangsa, yang hari ini dalam bentuk festival,” kata Asrif kepada sejumlah wartawan usai pembukaan acara ini, Senin (13/11).
Peserta pada lomba ini adalah siswa/siswi SD dan SMP tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, dari empat daerah utama pengguna bahasa tersebut. Untuk bahasa Kaili diwakili Palu dan Donggala, Pamona diwakili Poso, sementara Banggai dan Saluan diwakili oleh Kabupaten Banggai.
Adapun jenis lomba pada festival ini adalah, Komedi Tunggal Bahasa Daerah, Cipta dan Membaca Puisi Berbahasa Daerah, Cipta dan Pidato Bahasa Daerah, Mendongeng Berbahasa Daerah, Cerpen Berbahasa Daerah dan Nanyi Tradisi.
“Nanyi tradisi, menyanyi lagu yang penciptanya tidak diketahui. Lagu-lagu lokal,” sebutnya.
Namun terdapat satu jenis perlombaan tidak dilaksanakan di Sulteng, sebagaimana jumlah jenis perlombaan secara nasional, yaitu lomba Aksara. Hal itu dikarenakan Sulteng tidak memiliki aksara.
Adapun yang terbaik pada kegiatan ini akan mewakili Sulteng, pada FTBI tingkat nasional di Jakarta, pada akhir 2023 ini.
Sementara itu, Kepala Pusat Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Badan Bahasa, Iwa Lukmana mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk melakukan kegiatan ini secara berkelanjutan.
“Semakin tahun, bahasa yang terlibat itu semakin banyak,” ujarnya.
Namun kata dia, bahasa-bahasa yang akan dilibatkan dalam FTBI semuanya bergantung pada kesiapan setiap daerah.
“Jadi kami tidak akan merivitasliasi apabila pemerintah daerahnya memamg belum siap,” imbuhnya.
Adapun kata dia lagi, secara keselurahan hampir seluruh bahasa daerah terancam punah. Hal itu terjadi karenaa generasi selanjutnya tidak melakukan pembiasaan bahasa daerah, dan hanya cenderung digunakan oleh mereka yang sudah tua.
Adapun kegiatan ini dibuka oleh, gubernur Sulawesi Tengah yang diwakili Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra Provinsi Sulawesi Tengah Fahrudin Yanbas.
Reporter: NANANG