PALU – Front/Forum Pemuda Kaili (FPK) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan tegas menolak dan melawan segala bentuk diskriminasi serta pemufakatan jahat yang terjadi di lingkungan Universitas Tadulako (Untad).

Koordinator Tim Investigasi FPK, Abd. Rauf, mengatakan, FPK secara emosional memiliki hubungan kelembagaan dengan Untad.

“Sikap tegas ini kami sampaikan seiring dengan terungkapnya dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu dalam jaringan oligarki kekuasaan,” ungkap Rauf, Senin (20/09) malam.

Dia menyatakan, kegaduhan yang terjadi saat ini, adalah ledakan dari perlawanan para pejuang keadilan dan kebenaran yang selama ini tak diberi peran dan terpinggirkan oleh kuatnya hegemoni dan pengaruh simpul-simpul oligarki di kampus terbesar di Sulteng itu.

“Bahkan terkesan sengaja menciptakan kesenjangan dengan mengabaikan keberadaan tokoh yang berbasis kultur atau etnik lokal Kaili yang secara akademik memiliki kemampuan dan berdaya saing,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, mencuatnya kasus di sosial media yang diindikasikan sebagai akun-akun bodong yang telah mendzalimi pribadi salah seorang tenaga pengajar Universitas Tadulako, yakni Muhammad Marzuki, juga ikut melukai banyak kalangan.

Sebab, kata dia, yang bersangkutan merupakan tokoh dan panutan masyarakat Kabupaten Sigi.

“Bukti nyata adanya diskriminasi. Hal ini sangat menyakiti hati dan perasaan kami sebagai masyarakat Kabupaten Sigi,” katanya.

Olehnya, tegas dia, FPK yang secara kelembagaan yang menjunjung tinggi norma dan kaidah-kaidah hukum serta taat azas, meminta dan mendorong agar aparat penegak hukum, baik Kejati maupun Polda Sulteng agar segera menyikapi dan menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran UU-ITE dan menertibkan akun-akun bodong yang bertujuan membunuh dan menghancurkan pribadi seseorang.

“Serta mengusut tuntas dugaan pemufakatan jahat kasus korupsi yang selama ini terkesan dibiarkan dan didiamkan,” tegasnya.

Secara khusus, lanjut dia, pihaknya juga meminta aparat Polda Sulteng agar mengusut keterlibatan oknum-oknum, baik di Internal maupun luar kampus yang dalam setiap aktivitas dan aksinya kerap mengatasnamakan masyarakat Kelurahan Tondo.

“Hal ini semata-mata demi menjaga dan menghindari terjadinya gesekan yang berujung pada perpecahan dan konflik dalam tatanan masyarakat,” pungkasnya.

Reporter : Hamid

Editor : Rifay