FKUB Sulteng: Rawat dan Tingkatkan Kemerdekaan Beragama

oleh -

PALU- Dalam momen kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 75,
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng mengajak seluruh penganut agama, agar tetap merawat kerukunan beragama yang sudah terjalin dengan baik.

FKUB mengajak saling menghargai kemerdekaan setiap umat beragama dalam melaksanakan ajaran agamanya, selama tidak bertentangan dengan ideologi bangsa, persaudaraan dan kerukunan sesama umat beragama.

“Sebagai bangsa dan rakyat Indonesia, kita patut bersyukur kepada Allah SWT dan Tuhan yang Maha Esa, telah memberikan karunia dan nikmat kemerdekaan,” kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng, Prof. Zainal Abidin kepada MAL Online, Ahad (16/8).

Dia mengatakan, betapa kemerdekaan itu menjadi hal pokok, Tuhan sang maha kuasapun memberikan kita dan Bangsa Indonesia kemerdekaan. Sehingga rakyat Indonesia merdeka, di dalam menjalankan ajaran agamanya.

Sebab kata dia, hanya dengan kemerdekaan, kita dapat melakukan hal apa saja, baik bersifat ibadah atau bersifat muamalah, ekonomi politik dan sebagainya. Tujuan utamanya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia.

Terkait dengan kehidupan kerukunan umat beragama, kata dia, ketika kita merdeka, maka kehidupan beragama kitapun harus merdeka. Artinya setiap umat beragama, harus merasa merdeka dalam menjalankan ajaran agamanya.

“Sehingga tidak ada umat beragama merasa tertekan, terintimidasi, dirugikan, oleh kebijakan-kebijakan, sebab hal tersebut dijamin UUD 1945,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu ini.

Dia menyebutkan, kemerdekaan menjalankan agama, kemerdekaan untuk menjalankan ibadah dan kepercayaan masing-masing, sekaligus kemerdekaan orang lain melaksanakan ajaran agamanya juga harus dihargai, perlu dirawat dan terus ditingkatkan.

“Dengan kemerdekaan itu, kita bisa membangun persaudaraan, kerukunan di antara sesama umat beragama,” katanya.

Dia mengatakan, kehadiran agama-agama dimuka bumi, bukan untuk bertikai dan bersaing atau saling menyalahkan. Tapi kita diminta oleh Tuhan untuk memilih salah satu agama-agama.

” Tuhan sudah memberikan kemerdekaan, kepada kita untuk memilih salah satu agama yang datang dari-NYA,” ujarnya.

Dalam pandangan dan penilaianya, umumnya kerukunan antar umat beragama di Sulteng sudah cukup berjalan dengan baik, artinya orang bertikai dan berkelahi bukan karena agama, biasanya oleh faktor-faktor lain.

“Kita berusaha dengan kondisi yang ada agama tidak lagi ditarik ke ranah politik, agama tidak lagi dibawa kedalam kehidupan- kehidupan menyebabkan terjadinya pertikaian. Sebab di dalam agama atau di antara agama-agama itu pasti akan muncul perbedaan,” sebutnya.

Olehnya menurutnya, di dalam membangun kerukunan beragama, kita mesti selalu mencari persamaan-persamaan dibanding perbedaan-perbedaan.

“Persamaan kita tonjolkan, perbedaannya tidak kita tampilkan, sebab perbedaan itu harus kita terima setiap umat beragama,” katanya.

Sebab menurutnya lagi, tidak mungkin menyamakan semua agama dalam kehidupan beragama.

“Olehnya kita harus mencari kesamaan, memperkecil perbedaan. Kalaupun ada perbedaan, jangan dicari kesamaan. Kalau hal yang sama, jangan dicari-cari perbedaannya. Itulah harus kita kembangkan dalam membangun kerukunan kehidupan beragama,” kata KH Zainal Abidin.

Dia berharap, di era kemerdekaan saat ini, kerukunan antar umat agama telah dibina dan terjalin dengan baik terus dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera, damai dan hidup rukun.

Lebih lanjut dikatakannya, inti beragama itu adalah membangun kedamaian. Inti orang beragama itu adalah rendah hati, jangan sampai orang beragama dapat menyebabkan kesombongan.

“Kesombongan muncul, karena orang selalu menganggap paham dan pendapatnya benar, merasa diri melakukan kebajikan yang banyak. Sehingga melahirkan kesombongan dalam kehidupan,” katanya.

Untuk merawat kerukunan umat beragama dia berpesan, kebenaran itu seperti pakaian dalam, tidak perlu diperlihatkan kepada orang, tapi setiap orang pasti mempunyai pakaian dalam.

“Begitulah kebenaran tanpa harus ditonjolkan, tanpa harus ditampilkan, tapi dia akan selalu ada setiap individu,” ujarnya.

Selain itu, jelasnya, dia harus meyakini kebenaran agamanya, tanpa harus menonjolkan kebenaran itu pada orang lain. Yang harus ditonjolkan atau tampilkan adalah kebaikan, seperti kata Al Quran fastabiqul khairat berlomba-lomba dalam kebaikan.

“Kita tidak diminta dalam berlomba-lomba kebenaran, tapi berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebab kebaikan itu bersifat universal, sementara kebenaran itu bersifat individual. Itulah kebenaran yang kita harapkan kepada seluruh penganut umat beragama,” pungkasnya.

Reporter: Ikram
Editor: Nanang