Festival Walandano Dirangkai Peluncuran Buku Petualangan David Woodard

oleh -
Peluncuran dan diskusi buku terjemahan berjudul Kisah Petualangan David Woodard dalam rangkaian Festival Walandano. (FOTO: IST)

DONGGALA – Festival Walandano, Kabupaten Donggala dirangkai dengan peluncuran dan diskusi buku terjemahan berjudul Kisah Petualangan David Woodard. Buku itu sendiri telah terbit sejak 218 tahun silam di Inggris.

Buku dengan judul asli “The Narrative of Capten David Woodard” yang ditulis William Vaughan itu, berkisah tentang kisah penyanderaan dirinya bersama empat anak buahnya di Donggala, tahun 1793-1795.

Atas upaya Neni Muhidin dari Komunitas Nemu Buku Palu, maka buku itu berhasil diterjemahkan oleh Ito Lawputra bersama Stev Aryanto.

Diskusi yang berlangsung di Perpustakaan Desa Walandano dan dimoderatori Jefrianto itu disponsori Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Sulawesi Tengah bersama Medco Foundation serta sejumlah tim mitra kerja lainnya. 

BACA JUGA :  Amrullah-Ibrahim "Tersingkir" Dari Bursa Pilkada Parimo

“Buku ini cukup lama jadi rujukan banyak penulis, namun dalam pembacaannya selalu hanya sepotong-sepotong. Tdak pernah ada pembacaan yang utuh. Nah, sekarang bisa dipahami secara tuntas bagaimana petualangan sang kapten itu selama berada dalam penyanderaan di wilayah Donggala,” jelas Neni Muhidin selaku penyunting dan pembicara dalam peluncuran buku tersebut.

Maman Suherman, seorang penulis tenar dan Pembina FTBM pusat, saat menjadi pembahas, menyampaikan apresiasi kepada pihak Nemu Buku yang telah merampungkan terjemahan tersebut.

Kang Maman, sapaan akrabnya, menjelaskan, dengan membaca buku tersebut, menunjukkan betapa sebuah peradaban di Donggala sudah sangat tinggi sejak berbad-abad silam.

“Ini harus menjadi kebanggaan dan spirit generasi masa kini, bahwa semua suku-suku di Nusantara ini adalah setara dan telah berperadaban luar biasa tinggi,” katanya.

BACA JUGA :  PUPRP Parimo Revisi RDTR 2014

Menurutnya, hal itu juga dapat diketahui bagaimana kehebatan orang-orang dahulu yang memiliki kemampuan membuat kain tenun Donggala dengan bahan kapas.

“Lagi pula, punya kemampuan pengetahuan bisa membuat pewarna alamiah dengan dua yang paling mencolok, yaitu warna kuning dan merah. Itu yang luar bias,” ungkapnya.

Peluncuran buku dalam Festival Walandano adalah salah satu dari beberapa agenda yang ditampilkan, seperti workshop menulis, menggambar, panjat pinang, pertunjukan music, pertunjukan tari dan acara kesenian lainnya.

Rangkaian kegiatan berlangsung di Perpustakaan Desa Walandano sejak 17-20 Mei 2022.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay