Festival Tumbe 2022 Terpilih Wakili Sulteng dalam KEN

oleh -
Mengusung tema "Penjemputan telur maleo" dengan iringan tarian dari burung maleo (kostum putih-hitam) dalam Karnaval Budaya Festival Tumbe 2022, SMPN 3 Banggai Utara raih juara 2 (FOTO: media.alkhairaati.d/Iker)

BALUT – Dua event budaya terpilih mewakili Sulawesi Tengah dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2022. Dua event tersebut yakni Festival Budaya Tolitoli dan Festival Tumbe; Mombawa Tumpe di Batui dan Malabot Tumbe di Banggai Laut yang kegiatannya berlangsung sejak Kamis (01/12) hingga Ahad (04/12).

Melansir dari laman indonesiabaik.id, tercatat kurang lebih 111 event terbaik yang terpilih dari 319 usulan yang diterima Kemenparekraf dari 34 provinsi di Indonesia.

Pemilihan event tersebut berdasarkan lima aspek utama, yaitu ide dan potensi, pengembangan ekonomi kreatif, event management, seni pertunjukkan dan budaya, serta strategi komunikasi dan budaya.

Bupati Banggai (Balut) Laut, Sofyan Kaepa, mengatakan, Festival Tumbe 2022 adalah kali kedua digelar sejak didaftarkan dalam KEN. Pihaknya juga telah memasukkan Banggai Laut dalam Kawasan Ekonomi Nasional Industri Pariwisata.

BACA JUGA :  Yasin Mangun Jabat Pjs Bupati Poso

“Kita ini masih dalam penilaian, Banggai Laut ini kenapa masuk dalam kawasan ekonomi, karena pertama, kita sudah menempatkan kawasan ekonomi halal atau produk halal untuk perikanan dan kelautan. Itu ada di Mato. Untuk menumbuhkembangkan ini, pengerjaan bandara sudah mulai jalan,” ujar Sofyan, Sabtu (03/12).

Sofyan menambahkan, dengan proses tersebut, berarti segala potensi yang ada di Banggai Laut, baik alam maupun sumber daya manusia harus bergerak, termasuk jalur transportasi.

“Oleh sebab itu, daerah yang akan berkembang ini harus siap. Contohnya Festival Tumbe, bisa menjadi salah satu daya tarik dan item yang menambah penilaian terhadap Kabupaten Banggai Laut,” imbuhnya.

Tidak hanya skala nasional, Festival Tumbe juga memberi manfaat tersendiri bagi masyarakat Balut, salah satunya dari segi ekonomi. Geliat Ekonomi meningkat, terutama para pedagang makanan, pedagang mainan anak, dan juga salon kecantikan.

BACA JUGA :  Andi Mulhanan Tombolotutu: Ahmad Ali Sudah Berbuat, Kini Saatnya Sulteng Mendukung

“Ini salon-salon sudah ada yang menolak karena sudah full pesanan. Kalau dulu, salonnya sepi, karena hanya menunggu siapa yang akan kawin selanjutnya. Kalau sekarang tidak, semua anak-anak (yang ikut karnaval) ke salon. Ini yang saya sebut kawasan ekonomi, jadi ekonomi ini tidak jatuh kepada orang “di atas” tetapi masyarakat ekonomi menengah ke bawah juga,” tutup Sofyan.

Reporter : Iker
Editor : Rifay