OLEH: Hizaruddin*
Pilkada bukan hanya sekadar ajang untuk memilih pemimpin, tetapi juga momen refleksi atas etika dan perilaku politik.
Dalam iklim politik yang semakin kompleks, penting untuk menegaskan kembali bahwa integritas harus menjadi fondasi setiap langkah dalam proses ini.
Pemimpin yang kita pilih mencerminkan nilai-nilai yang kita anut, dan oleh karena itu, calon yang mengedepankan etika politik, seperti transparansi, kejujuran, dan kepedulian terhadap rakyat, harus menjadi prioritas utama.
Etika politik bukan hanya tanggung jawab para calon, tetapi juga masyarakat.
Sebagai pemilih, kita harus menjauhi segala bentuk politik uang dan manipulasi yang berpotensi merusak integritas demokrasi.
Mengedepankan diskusi yang sehat, menghargai perbedaan pandangan, serta menghindari polarisasi adalah kunci untuk menciptakan suasana politik yang sehat dan damai.
Pilkada bukan arena untuk kekuasaan semata, melainkan tempat bagi kolaborasi dan pengabdian.
Perilaku politik yang etis harus diarahkan untuk kemaslahatan bersama, di mana pemimpin dan rakyat berjalan seiring untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Pilkada merupakan momen penting dalam demokrasi yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin daerah. Namun, etika dan perilaku politik yang baik sering kali terabaikan di tengah persaingan yang ketat.
Pertama, transparansi menjadi kunci. Calon pemimpin harus mengungkapkan sumber dana kampanye dan tidak terlibat dalam praktik korupsi.
Masyarakat berhak mengetahui bahwa calon mereka tidak hanya berambisi meraih kekuasaan, tetapi juga memiliki integritas.
Kedua, kampanye yang berbasis pada fakta dan ide, bukan fitnah atau hoaks, sangat penting untuk menciptakan iklim politik yang sehat.
Para kandidat seharusnya fokus pada visi dan misi mereka, bukan menjatuhkan lawan politik. Ini akan menciptakan kesadaran politik yang lebih baik di kalangan pemilih.
Ketiga, keterlibatan masyarakat dalam proses politik harus didorong. Edukasi politik yang baik dapat membantu pemilih untuk membuat keputusan yang lebih bijak.
Calon pemimpin harus membuka ruang dialog dengan masyarakat dan mendengarkan aspirasi mereka.
Dalam menghadapi Pilkada, etika dan perilaku politik yang baik bukan hanya tanggung jawab calon pemimpin, tetapi juga masyarakat.
Dengan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan demokrasi yang lebih sehat dan berkualitas.
*Penulis adalah Penggiat Pemilu dan Demokrasi