Enam Atlet Wing Chun Sulteng Ikut Turnamen di Bali

oleh -
Komunitas IP Man Wing Chun Sulawesi Tengah. (FOTO: FB/Dok. Wing Chun Palu)

PALU – Enam atlet olahraga Wing Chun dari Komunitas IP Man Wing Chun Sulawesi Tengah, mengikuti kompetisi Turnamen Wing Chun Indonesia di Bali, 18 November 2017.

Enam atlet itu yakni Muhammad Arif (27), Fadliyanto (30), Ali Fajar (16), Ramli Yusuf Tangahu (32), Rara Natania Angraeni (21) dan Iqbal Rigido (30).

“Kami mengikuti dua nomor kompetisi yakni nomor tarung atau chi sao dan jurus atau taoulu,” kata Iqbal yaang dihubungi dari Palu, Jumat (17/11)

Kata Iqbal, dari enam atlet itu hanya Rara Natania yang mengikuti nomor tarung, sementara lima lainnya mengikuti dua nomor yakni tarung dan jurus.

“Ini turnamen yang kedua kalinya diikuti atlet Sulteng, sebelumnya tahun 2016, hanya mengirimkan satu perwakilan saja,” ungkap Iqbal.

BACA JUGA :  Puluhan PRT di Palu Minta Pemerintah Segera Sahkan RUU PPRT

Komunitas IP Man Wing Chun Sulteng yang merupakan satu dari tujuh organisasi di bawah naungan Wing Chun Indonesia.

Dalam turnamen itu, akan diikuti sekitar 327 atlet se Indonesia.

Di Sulteng komunitas Wing Chun, telah memiliki anggota sekitar 100 orang, yang tersebar di tiga cabang yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Luwuk.

“Komunitas ini didirikan tahun 2016 lalu, saat ini sedang dalam proses pendaftaran di Koni Sulteng,” ujarnya.

BACA JUGA :  Seleksi Penerima Beasiswa KIP UIN Datokarama Segera Dibuka

Iqbal berharap untuk turnamen ini, Sulteng dapat membawa pulang minimal satu juara pada ketegori yang dipertandingkan.

Harapan lainnya, olahraga Wing Chun di Sulteng dapat berkembang dan bisa ditampilkan di Pekan Olahraga Daerah (Porda), PON, dan berbagai turnamen lainnya.

Untuk turnamen internasional tahunan, yang selalu diikuti yakni kejuaraan Wing Chun Dunia yang diselenggarakan Ving Tsun Athletic Association (VTAA), induk organisasi internasional Wing Chun yang berbasis di Hongkong.  (FAUZI)

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.