PALU – Provinsi Sulteng memiliki komoditas dengan nilai ekspor yang cukup baik, di antaranya adalah Migas, bahan kimia non organik, belerang, minyak hewan nabati dan buah-buahan. Dari komoditas itu, sepanjang tahun 2018 hanya belerang, minyak hewan nabati dan buah-buahan yang mengalami penurunan.

Kepala Bidang Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulteng, G A. Nasser,  baru-baru ini menyampaikan, catatan BPS, khusus bulan Desember 2018, komoditas ekspor yang  sangat dominan adalah besi baja dan bahan bakar mineral.

Negara tujuan paling besar adalah Tiongkok, dengan nilai sebesar 111,09 juta Dolar Amerika atau 24,55 persen. Kemudian Taiwan sebesar 81,74 juta Dolar Amerika atau 18,78 persen dan ketiga Jepang sebesar 75,91 juta Dolar Amerika atau 16,78 persn.

“Secara kumulatif, pangsa ekspor dari Januari sampai Desember 2018, Tingkok masih yang terbesar, yakni sebesar 1.926,55 juta Dolar Amerika atau 37,71 persen. Kedua, Korea Selatan sebesar 826,87 juta Dolar Amerika atau 16,18 persen, dan Taiwan sebesar 809,73 juta Dolar Amerika atau 15,85 persen. Jadi total ekspor kita sebesar 5,11 miliar, pertumbuhannya selama setahun itu 68,68 persen,” ujarnya.

Lanjut dia, pertumbuhan ekspor Sulteng sangat tinggi dan menjadi sangat tinggi di tahun 2018 ini, dibanding nasional yang hanya tumbuh 6,72 persen.

“Kalau posisi kita itu hanya 1,8 persen pada tahun 2017, tapi 2018 naik menjadi 2,84 persen,” terangnya.

Lanjut dia, untuk impor bulan Desember 2018 sudah mencapai 544,53 juta Dolar Amerika atau naik 48 persen dibanding November 2018. Total impor Sulteng dari Januari sampai Desember mencapai 2,8 miliar Dolar Amerika. Naik 117,89 persen dari tahun sebelumnya,” tuturnya.

Menurut Naser, melihat dari tujuan untuk pengembangan industri dalam daerah, maka impor yang dilakukan dalam kategori sehat.

Namun, jika dilihat dari data yang ada, perubahan impor Sulteng pada bulan Desember 2018 untuk barang konsumsi sebesar 7000 persen lebih atau hampir 8000 persen.

“Sebelum-sebelumnya belum pernah terjadi, tapi tiba-tiba pada bulan Desember impor Sulteng lumayan tinggi,” imbuhnya. (YAMIN)