MOROWALI – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kamis (05/12), memberikan edukasi kepada warga di Kecamatan Bahodopi tentang pola asuh orang tua dan gizi seimbang.
Edukasi dilakukan dalam rangka bentuk mendorong peningkatan kualitas kesehatan serta mencegah terjadinya stunting di wilayah Bahodopi,
Kegiatan kali ini menyasar warga tiga desa di Bahodopi yaitu Bahomakmur, Bahodopi, dan Padabaho.
Tiga desa ini diketahui memiliki kasus gizi buruk (stunting) terbanyak di Bahodopi, yaitu sebanyak 69 orang.
Selain memberikan edukasi, PT IMIP melalui Tim Corporate Social Responsibility (CSR) turut menyalurkan 69 paket pangan bergizi bagi masyarakat yang memiliki kasus gizi buruk.
Kali ini, Tim CSR PT IMIP bekerja sama dengan Klinik Utama Permata Indah (KUPI) PT IMIP dan Pemerintah Desa Bahomakmur.
Supervisor CSR PT IMIP, Herlan Kward, mengatakan, program pencegahan gizi buruk dilakukan setiap tahun.
Dalam hal ini, kata dia, IMIP memang menjadikan penanganan stunting sebagai program prioritas.
Jika tidak dicegah, kata dia, kasus stunting semakin bertambah sehingga perlu penanganan sedini mungkin.
“Peran orangtua sangat penting untuk pencegahan stunting agar masalah kesehatan dapat diatasi,” katanya.
Hal penting lainnya, lanjut dia, peran orangtua untuk memahami asupan gizi yang baik bagi anaknya, sehingga pola asuh yang benar menjadi sasaran utama.
“Dengan edukasi ini, maka orangtua dapat memberikan pola asuh yang baik dan benar untuk dilakukan di rumah,” kata Herlan.
Herlan menambahkan, dari 69 kasus gizi buruk di tiga desa tersebut, IMIP memberikan intervensi asupan pangan bergizi, antara lain susu, sayur-mayur, vitamin, atau telur.
Setelah itu, setiap dua pekan akan dilakukan pemantauan bersama perangkat desa dan bidan desa.
“Setelah edukasi ini, tim CSR PT IMIP akan terus memantau perkembangan anak-anak,” ujarnya.
Dokter Wirdawati dari KUPI IMIP menjelaskan, standar gizi sehat bagi setiap anak diukur dengan membandingkan antara usia dengan tinggi dan berat badan.
Menurutnya, beberapa penyebab awal anak berpotensi gizi buruk ialah kurangnya pengetahuan orangtua, minimnya akses layanan kesehatan bagi warga, juga rendahnya kualitas sanitasi dan air bersih.
“Maka diperlukan kesadaran sejak dini dari kaum perempuan dan ibu untuk memperhatikan kesehatan diri dan lingkungan tempat tinggal,” jelasnya.
Sebab, kata dia, bila diketahui seorang anak di usia emasnya (sejak janin hingga umur 2 tahun) mengalami gizi buruk, di kemudian hari akan mengalami gangguan perkembangan otak, kecerdasan, dan penyakit lain.
Pada kesempatan ini, Dokter Wirdawati mengedukasi warga pola asuh yang baik, cara pencegahan stunting sejak dini pada perempuan, dan jenis-jenis makanan bergizi yang perlu dikonsumsi sesuai jenjang usia setelah lahir hingga 2 tahun ke atas.
Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini.
“Yang perlu ditekankan dalam penanganan stunting ialah dari usia remaja, hingga saat menikah, kemudian hamil, dan setelah melahirkan betul-betul dijaga pola asuh dengan makanan bergizi,” tambahnya.
Caranya, lanjut dia, yaitu dengan memperhatikan gizi yang baik dan seimbang, serta memperhatikan lingkungan sekitar terutama sanitasi yang baik,.
Dia juga menekankan pentingnya konsumsi makanan dengan kandungan gizi seimbang, mencakup sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, dan buah-buahan.
“Saya berharap semoga edukasi kali ini, dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga angka stunting di Bahodopi bisa menurun,” katanya. */RIFAY