Dzikir Akhir Tahun, Warga Tondo Doakan Korban Bencana

oleh -
Suasana dzikir akbar di Lapangan PS Kelinci Sakti, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Senin (31/12) malam. (FOTO: MAL/YAMIN)

PALU – Seperti daerah lain di Sulteng, warga Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantuikulore, Kota Palu, juga turut melaksanakan dzikir akbar menyambut tahun baru Masehi 2019, Senin (31/12), malam.

Kegiatan itu dilaksanakan di lokasi tenda pengungsian korban bencana alam, Lapangan PS Kelinci Sakti, mulai pukul 20.00 Wita sampai 23.30 Wita. Selain warga setempat, kegiatan itu juga dihadiri ratusan mahasiswa Untad yang tinggal di daerah tersebut.

Dzikir ini berbeda dengan beberapa wilayah lain yang ada di Kota Palu. Warga Tondo mengawalinya dengan pembacaan doa tahlilan bagi almarhum dan almarhumah di wilayah mereka, sekaligus mendoakan para korban bencana tanggal 28 September 2018 lalu.

Doa bersama itu dipimpin Imam Masjid Raodha, Ustadz Taher, disambung tausyiah agama disampaikan oleh Ustadz Baharudin.

BACA JUGA :  Pemkot Palu Gelar Maulid Nabi dan Dzikir Akbar

Dalam ceramahnya, Ustadz Baharudin mengajak masyarakat agar terus berbenah di tahun 2019, termasuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.

Di bagian lain, Gubernur Sulteng, H. Longki Djanggola juga memimpin jalannya dzikir dan doa bersama di Masjid Al Mujahidin, Kompleks Kantor Gubernur, Jalan Samratulangi, Kecamatan Palu Timur.

Kegiatan itu juga dihadiri Ketua MUI Kota Palu, Prof. Zainal Abididn, Danrem, Wakapolda, Danlanal, Ketua DPRD Provinsi.

Longki menyampaikan, dzikir saat menjelang pelepasan tahun merupakan inisiasi Pemprov Sulteng yang diawal dengan dengan shalat berjamaah.

BACA JUGA :  Berkas WNA Kasus Tambang Dikembalikan Kejati

Menurutnya, semua kegiatan itu merupakan bagian dari instrospeksi diri, sejauhmana kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

“Apalagi beberapa waktu yang lalu kita diuji dengan musibah bencana. Tentunya bagi kita semua yang masih diberikan kesempatan hidup agar bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus mendoakan saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana,” ujar Gubernur.

Dia juga mengimbau para Jemaah untuk tidak saling memperdepatkan pendapat sebagian ustadz yang tidak sependapat dengan dzikir di malam tahun baru. Ditegaskannya, kegiatan malam menyambut tahun baru bukan untuk merayakan apa-apa.

“Kita yang hadir disini untuk berdoa untuk saudara-saudara kita, untuk diri kita dan untuk mengintrospeksi diri, sekaligus mengenang apa yang telah kita lakukan di tahun 2018 ini, agar di tahun 2019 kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Hal ini tidak ada salahnya, janganlah kita di malam tahun baru merayakan hal-hal yang berlebihan ataupun hura-hura, alangkah lebih baiknya jika kita semua berdoa dan berdzikir untuk saudara-saudara kita yang telah mendahului kita,” jelas Gubernur.

BACA JUGA :  CERIA di Palu: Hidupkan Kreativitas dan Literasi Anak melalui Dongeng dan Lapak Baca Gratis

Di kesempatan itu, Prof. Dr Zainal Abidin selaku pembawa tausyiah mengangkat tema soal perbedaan pendapat. (YAMIN)