OLEH: Prof Dr Ir Kasman Jaya, M.Si*
Di tengah berita baik seputar durian montong Parigi Moutong (Parimo), bahkan potensi ekspor ke Cina. Kini mengalami masalah serius akibat adanya serangan penyakit yang dikenal dengan istilah lokal “Bangkalan”.
Penyakit ini menyebabkan buah rontok sebelum waktunya matang serta memiliki rasa hambar.
Hingga saat ini penyebab dari munculnya serangan penyakit ini belum diketahui secara pasti, dugaan sementara dikarenakan adanya infeksi dari cendawan atau bakteri pathogen.
Namun yang pasti petani durian di Parimo merasakan kerugiannya. Bahkan banyak dari mereka membiarkan saja buah duriannya jatuh dan enggan mengurusnya. Kerugian ditaksir ratusan juta.
Dalam kondisi ini, peran akademisi menjadi semakin penting, bukan hanya sebagai pengamat, melainkan sebagai motor penggerak perubahan yang berdampak nyata di lapangan.
Dr Ir Ratnawati, Dosen Ilmu Penyakit Tanaman, Universitas Alkhairaat Palu merespon cepat. Hal ini dibuktikan dengan melakukan survei selama 3 (tiga) hari (13-15 Juni 2025) dan sekaligus melakukan pengambilan sampel di lima spot (titik) tanaman durian yang diserang penyakit Bangkalan di Kabupaten Parimo.
”Untuk memastikan serangan pathogen, maka perlu pengambilan sampel bagian tanaman yang sakit dibawah ke laboratorium,” tegas Dr Ratnawati yang juga ketua Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) Cabang Sulteng.
Kegiatan survei ini juga melibatkan mahasiswa S1 Agroteknologi dan Pascasarjana (MIP) Unisa Palu, dilakukan lima titik pertanaman durian di kabupten Parimo, seperti di Tomini, Kasimbar, Ampibabo, Parigi dan Torue, dan melibatkan PFI cabang Sulteng
Sampel yang telah diisolasi selanjutnya akan diidentifikasi dan dikarakterisasi mikroba patogen penyebab penyakit Bangkalan, dampaknya terhadap produktivitas serta merumuskan strategi pengendalian yang efektif.
Kegiatan survei epidemiologi juga dilakukan guna mengumpulkan data tingkat infeksi dan dampak penyakit terhadap produktivitas tanaman, yang mencakup pengukuran hasil panen, dan kualitas buah durian.
Integrasi data laboratorium dan data lapangan berdasarkan pendekatan interdisipliner akan merumuskan strategi rekomendasi pengendalian yang holistik salah satunya adalah aplikasi biopestisida berbasis mikroba antagonis yang mampu menekan perkembangan patogen penyakit bangkalan.
Semoga ke depan masalah penyakit Bangkalan tanaman durian ini bisa teratasi. Durian adalah simbol ekonomi dan kebanggaan lokal. Menyelamatkan tanaman ini dari serangan penyakit Bangkalan bukan sekadar urusan Pak Tani, tetapi juga urusan ilmu dan masa depan.
Akademisi, dengan segala ilmunya, memiliki peran strategis untuk terjun, meneliti, mendampingi, dan menguatkan petani.
Bu Dr Ratnawati dkk sedang menyemai harapan. Harapan bahwa durian Montong akan kembali harum dan berjaya, bukan karena kebetulan, tapi karena kolaborasi dan pengetahuan yang membumi. Bravo Unisa. Kampus Berdampak.
*Penulis adalah Dosen Universitas Alkhairaat