PALU – Sejumlah elemen yang mengatasnamakan Simpul Komunitas Budaya Kaili (SKBK), sama-sama menyatakan keprihatinannya atas kondisi yang terjadi di salah satu perguruan tinggi terbesar di Sulawesi Tengah (Sulteng), dalam hal ini Universitas Tadulako (Untad).
Kondisi yang dimaksud, salah satunya adalah dugaan penyelewengan dana Badan Layanan Umum (BLU) di kampus yang berdiri di Kota Palu itu.
Ashar Yotomaruangi, selaku Ketua Kaili Bangkit, kepada media ini, Sabtu (08/01), mengatakan, masyarakat Kota Palu dan Sulteng pada umumnya sudah tahu permasalahan yang terjadi di Untad, yakni terkait dugaan penyalahgunaan dana BLU yang harus dipertanggungjawabkan pimpinan Untad.
“Pengamatan kami sepertinya tidak ada perhatian dari penegak hukum untuk menangani dugaan kejahatan ini. Kapan kasus korupsi bisa diatasi bila penegak hukum melalaikan tugasnya. Apalagi Untad adalah instansi pemerintah, ada inspektorat yang mengawasinya. Kenapa bisa bobol,” ujarnya.
Sementara itu, Farizd dari KPA Dewa, menambahkan, pimpinan Untad harus paham bahwa Tadulako yang melekat di Untad adalah simbol kultural, tidak boleh dilecehkan oleh para pengelolanya.
Ia pun berharap, sifat luhur Tadulako tidak dikotori kemaksiatan, penyelewengan, perampokan, penjajahan dan sebagainya.
“Meneladani Tadulako semestinya menjadikan pemimpin Untad harus jujur, bertanggung jawab, bijak dan mengayomi. Hargailah masyarakat lokal sebesar apapun sumbangan mereka terhadap pendidikan. Jangan khianati amanat masyarakat lokal yang telah mengikhlaskan harta mereka untuk kepentingan pendidikan di Sulteng,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Bustanil dari Komunitas Nero-Nero Hijrah, mengatakan, pihaknya menginginkan agar prinsip yang dipegang dalam kepemimpinan Tadulako adalah sikap membela dan mendahulukan kepentingan masyarakat, bukan mengorbankan harta masyarakat untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
“Saudara pengelola perguruan tinggi Untad pada tingkat manapun, saudara memegang amanat rakyat untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya. Jangan kira rakyat bodoh untuk mengawasi saudara. Jangan sia-siakan kepercayaan rakyat,” tegas Bustanil.
Ia juga menegaskan, pihaknya tidak akan membiarkan kerugian dana rakyat yang tidak jelas pertanggungjawaban hukumnya. Sebab, kata dia, ada hak rakyat di sana, sehingga akan terus mempertanyakan hal ini.
Selain Kaili Bangkit, KPA Dewa dan Komunitas Nero-Nero Hijrah, Simpul Komunitas Budaya Kaili (SKBK) ini sendiri terdiri dari gabungan beberapa elemen lainnya, yakni Akar Senar Indonesia, Lingkar Senar, KPA Adventure, dan Unde Community. ***