POSO – Dua pekebun di Poso, Sulawesi Tengah yang tewas dalam insiden penembakan, dimakamkan Rabu (03/06).
Keduanya, Firman ((17) dan Syarifuddin (25), warga Dusun Sipatuo, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara itu diduga menjadi korban salah tembak oleh oknum anggota polisi di Dusun Gayatri, Desa Maranda, Kecamatan Poso Pesisir Utara, saat tengah mamanen kopi di kebun.
Syarifuddin mengalami luka tembak di leher, sementara Firman luka tembak pada bagian mulut.
Prosesi pemakaman kedua warga itu diwarnai isak tangis dari keluarga korban.
Firman dimakamkan di tempat pemakaman umum Kampung Maros, Dusun Sipatuo, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Sementara Syarifuddin sendiri dimakamkan di kampung halamannya Desa Pattirodeceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan keterangan pihak keluarga, penembakan tersebut terjadi di Pegunungan Kawende kilometer 9, Dusun Gayatri, Desa Kawende, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Selasa kemarin.
Sebelum kejadian, keduanya bersama empat rekannya sedang beristirahat di sebuah pondok, usai beraktifitas memetik buah kopi secara berkelompok.
Saat mereka berencana pulang ke rumah di Dusun Sipatuo, hujan pun turun, sehingga harus singgah berteduh. Saat itulah mereka diberondong tembakan dari jarak sekitar 50 meter. Rentetan tembakan itu akhirnya mengenai dua orang, yaitu Syarifuddin dan Firman.
Syarifuddin tewas di lokasi kejadian, sementara Firman meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Sementara empat orang lainnya, Fardil, Agus, Muhajir dan Anhar berhasil menyelamatkan diri dari tembakan itu.
Salah satu pekebun yang selamat, Muhajir, menuturkan, mereka diberondong senjata oleh sekelompok orang dari jarak yang cukup dekat, yaitu sekitar 50 meter saat sedang berteduh di bawah pondok kebun.
Saat dihujani peluru, ia sempat berlindung dibalik pohon. Namun dua rekannya yang tewas itu tidak sempat menyelamatkan diri dan akhirnya tewas diterjang peluru.
“Saat kejadian, saya sudah bingung karena melihat teman saya sudah kena dan tersungkur. Saya hanya melihat arah tembakan berjarak sekitar 50 meter,” tutur Muhajir.
Hal senada juga disampaikan Makmur, salah satu saksi mata yang ikut dalam proses evakuasi jenazah. Ia menyatakan bahwa pelaku penembakan terhadap rekannya adalah oknum polisi yang berjumlah sekitar delapan orang.
Dugaan kuat tersebut karena usai penembakan, mereka didatangi oleh para pelaku yang meminta maaf karena telah salah tembak. Para pelaku menduga bahwa ia dan rekannya adalah DPO jaringan Ali Kalora.
“Setelah jatuh dua orang, sekelompok orang dengan senjata lengkap mendatangi kami yang sedang mengurus jenazah dan mengaku kalau mereka salah tembak. Tapi anehnya, mereka tidak pakaian lengkap, hanya pakai baju kaos mirip anggota Brimob,” jelas Makmur.
Sugianto Kaimuddin selaku tokoh agama yang turut hadir dalam pemakaman tersebut sangat menyayangkan adanya warga yang kembali harus menjadi korban salah tembak oleh oknum aparat kepolisian.
Menurutnya, selain Firman dan Syarifuddin, pada April 2020 lau, salah seorang warga Tambarana bernama Muhammad Alfariski juga diduga tewas akibat salah tembak oknum polisi. Saat ini, belum ada proses hukum yang berjalan atas kelalaian aparat tersebut.
“Kalau benar ini dilakukan oleh aparat, maka pihak yang berwewenang dalam hal ini pemerintah harus hadir dan mengevaluasi apa aparat di Poso. Mau membunuh atau mau memberikan rasa aman terhadap masyarakat,” tegas Ketua FPI Sulawesi Tengah itu.
Pihaknya pun meminta pemerintah untuk mengevaluasi pelaksanaan Operasi Tinombala 2020 di Poso.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian setempat. (MANSUR)