DPRD: Jalan Pedang Pengabdian

oleh -
Darlis Muhammad

Hasil pilihan rakyat Sulawesi Tengah telah dilantik Rabu 25/9 kemarin. Ada sesungging senyum kemenangan terpancar di wajah-wajah yang hadir.

Di hari itu dengan khusyuk sebanyak 55 anggota DPRD provinsi telah bersumpah atas nama Tuhan. Pembacaan sumpah tersebut kita maknai sebagai “teks suci” perjanjian dengan rakyat.

Mereka yang kemudian disematkan sebagai wakil rakyat itu mendeklarasikan diri untuk setia melayani kehendak dan keperluan rakyat kebanyakan.

Mereka tak akan menukar kesetiaan bersama rakyat untuk sebuah kepentingan pribadi dan sesaat.

Dalam turunan makna yang lebih dalam ialah bahwa sumpah itu merupakan janji rohani. Artinya bahwa mereka telah bermohon kepada Tuhan untuk setia bersama dan berkelindan dengan kepentingan rakyat.

Dengan begitu, mereka bersedia mendapat “kutukan ilahiyah” apabila mereka berkhianat dari teks sumpah tersebut.

Karena itu, tidak boleh sumpah anggota dewan kemarin dianggap sebagai keperluan protokoler semata.

Ketika mereka mengangkat sumpah, pada saat itu juga mereka telah menggadaikan diri dari sosok individual menjadi sosok publik atau menjadi milik orang banyak.

Sejatinya, sumpah itu mengikat, bahkan terhadap keluarganya dan kerabat dekatnya sekali pun.

BACA JUGA :  Berebut Rente di Lahan PETI, Aparat Dinilai Tak Berdaya

Komitmen pada sumpah sebagai legislator tak boleh berhenti hanya di depan pintu gedung wanita di jalan Muhammad Yamin, tapi sumpah itu mengejawantah di ruang paripurna, ruang komisi di wilayah-wilayah reses bahkan di cafe-cafe sekali pun.

Memang tak mudah mengiintegrasikan gagasan moralitas dalam praktek kehidupan kita, tapi ini sudah menjadi pilihan sebagai anggota dewan yang terhormat maka moralitas harus terjaga dan terukur.

Inilah yang kita sebut jalan pedang pengabdian, sebuah pilihan jalan yang akan menerabas kendala kemiskinan rakyat.

Menjadi anggota dewan adalah sebuah dedikasi.

Terhadap masalah ini, Sahabat Ali bin Abi Thalib menitipkan pesan penting buat penguasa dan juga wakil rakyat. Dalam kitab Ashash As- Shalihin wa Nawadhir az Zahidin karya Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa pesan pertama Ali bin Abi Thalib adalah menjaga integritas.

Tentu tidak muda karena seorang pemimpin yang punya integritas berarti dia telah menyelaraskan pikiran, hati, sikap dan tindakan yang sama untuk sebuah kerja kerja mulia.

BACA JUGA :  Pemisahan Kementerian Koperasi dan UKM Diharap jadi Angin Segar bagi Pelaku UMKM

Dalam konteks itulah kita menggantungkan harapan besar di pundak 54 anggota dewan baru itu.

Sejumput persoalan yang krusial dan kritikal yang hadir di depan. persoalan eksploitasi tambang besar besaran dan massif. Ini perlu dikritisi mengingat kerusakan lingkungan dengan dampak menyemgsarakan rakyat benar nyata adanya.

Kemudian segregasi penduduk miskin masih cukup menganga. Memang angka pertumbuhan ekonomi di atas rata rata nasional, tapi tingkat kemiskinan absolut tak bergeser signifikan bahkan terkesan cenderung bertambah. Ini anomali.

Kita berharap dana desa dan kelurahan perlu dioptimalkan, selama ini kehadiran dana seakan tak berdampak, sekadar komplomenter sifatnya kecuali menjadi ladang korupsi para pengambil kebijakan di tingkat desa.

Saat ini, dalam pengambilan keputusan sudah harus mendengar, saran dan advice para cerdik cendekia .

Ada baiknya mengoptimalkan kerja kerja staf ahli dewan perwakilan rakyat daerah yang sangat mumpuni.

Anggota DPRD Sulteng kali ini dihiasi muka muka baru dari kalangan penggiat sosial dan kemanusiaan. Bukan untuk menagih janji saat mereka berorasi di parlemen jalanan beberapa waktu silam, tapi idealisasi dan semangat kebaruannya yang kita harapkan memberi warna di parlemen kali ini.

BACA JUGA :  Ketua Komda Ajak Seluruh Abnaul di Touna Berpartisipasi di Milad ke-94 Alkhairaat

Tentu para anggota dewan yang sudah senior, berkali kali terpilih akan memberi tuntunan dan support agar parlemen sulawesi tengah boleh dibilang the dream tim.

Karena itulah kita tak mau mendengar ada onggota dewan yang hadir di dalam ruangan ber AC dan duduk di kursi empuk, sekadar datang, duduk, dengar, diam dan terima duit lalu sibuk main handphone, lupa akan janji janjinya dan lupa aspirasi konstituen yang diperjuangkan.

Akhirnya mari menghadiahkan pantun buat wakil wakil kita, para parlementor di jalan Samratulangi :

Di atas lutut berpakaian batik, berwarna merah berbintik bintik, kalau ikut ajang politik harus siap menerima kritik.

Belajar teknik haruslah fokus, bapak gurunya namanya Markus, Jika berkarier jadi politikus jangan rakus seperti tikus.

Alla qulli hal, selamat menyandang wakil rakyat semoga pesan sahabat Rasul, Ali bin Abi thalib menjadi perisai dalam mengawal amanat rakyat. Selamat!

Darlis Muhammad (Redaktur Senior Media Alkhairaat)